Awas, Pelecehan Anak Marak di Jejaring Sosial
jpnn.com - LONDON - Anak anda sudah familiar dengan situs jejaring sosial? Berhati-hatilah. Pasalnya, hasil survei yang digelar lembaga perlindungan anak di Inggris (NSPCC) menunjukkan sebagian besar anak mengalami tindakan bullying dan pelecehan di internet.
Survei NSPCC juga merilis bahwa persentase pelecehan terhadap anak perempuan lebih tinggi dibandingkan lelaki. Menurut laman BBC, Minggu (11/8), hampir satu dari lima anak yang menggunakan situs jaringan sosial mengalami pengalaman negatif. Selain tindakan bullying, pelecehan terjadi terkait pesan seksual yang tidak diinginkan, pengintaian dari dunia maya dan upaya tekanan untuk menyaksikan tayangan tertentu.
NSPCC juga mengungkapkan, pelecehan dialami sejumlah besar pengguna Facebook, Twitter dan YouTube berada di bawah usia 13 tahun. Laporan lengkap dari survei dari seluruh Inggris akan diterbitkan pada November mendatang.
NSPCC mengadakan survei karena keprihatinan yang meningkat orang tua atas aktivitas internet pada anak-anak dan remaja. Perlakuan bullying dan pelecehan melalui jejaring sosial sendiri membawa korban. Hannah Smith yang masih berusia 14 tahun, asal Leicestershire, ditemukan gantung diri. Pasca-kejadian, ayah korban menemukan pesan-pesan kasar pada situs jaringan sosialnya di ask.fm.
"Ini sesuatu yang tak tertahankan di mana setiap remaja merasa ada tidak ada pilihan lain sehingga memilih untuk mengakhiri hidup mereka karena bullying pada situs jaringan sosial," ujar Claire Lilley, peneliti NSPCC.
Dijelaskannya, hasil penelitian lembaga perlindungan anak Inggris mengungkapkan temuan mengkhawatirkan atas isu-isu pelecehan dan cyber-bullying serta pengaruhnya pada anak-anak, khususnya usia 11-12 tahun. "Ini adalah sesuatu yang harus ditangani sebelum itu tak terkendalikan," tegasnya.
Setelah kematian Hannah Smith, situs ask.fm memerintahkan sebuah firma hukum untuk melaksanakan audit penuh dan independen atas fitur keselamatan dalam jejaring ini. Ask.fm memiliki 13,2 juta pengunjung setiap hari di seluruh dunia pada bulan Juni lalu. Salah satu fitur yang paling kontroversial adalah kemampuan pengguna untuk mengajukan pertanyaan kepada orang lain secara anonim. (esy/jpnn)
LONDON - Anak anda sudah familiar dengan situs jejaring sosial? Berhati-hatilah. Pasalnya, hasil survei yang digelar lembaga perlindungan anak di
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Iran Akhirnya Membuka Akses ke WhatsApp dan Google Play
- Teguh Sebut Klaim Bashe Bahwa BRI Korban Ransomware Tak Lebih dari Lelucon
- Presiden AS Terpilih Donald Trump Beri Angin Segar Pada TikTok
- xAI Sedang Menyiapkan Chatbot Grok Untuk Pengguna Perangkat iOS
- Pemerintah Albania Menilai TikTok Bisa Mendorong Anak-Anak Melakukan Kekerasan
- Equnix Apresiasi Penggerak Teknologi Mandiri di Indonesia