Awasi, Jangan Sampai Anak Salah Pergaulan dengan Kelompok Tukang Tawuran

Awasi, Jangan Sampai Anak Salah Pergaulan dengan Kelompok Tukang Tawuran
Tawuran antarwarga. Foto/ilustrasi: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Psikolog Oriza Sativa mengungkapkan penyebab anak terlibat dalam aksi kekerasan seperti tawuran yang terjadi di beberapa tempat di Jakarta melalui pergaulan. Sebab, dalam  diri seseorang di sebuah kelompok ada  proses deinduviliasi. 

"Karena seorang anak anteng-anteng di rumah, dia rajin salat, rajin ke gereja. Ketika dia sudah berkumpul dengan komunitasnya, dengan lingkungannya dengan gengnya, itu terjadi proses yang kita sebut deinduviliasi," kata Oriza saat berbincang dengan jpnn.com.

Oriza mengatakan deinduviliasi merupakan melepaskan kepribadian asal, aslinya dan kemudian kepribadian orang tersebut menjadi kepribadian kelompok itu.

"Kalau kelompoknya beringas ya, dia ikut beringas. Kalau kelompoknya malas-malasan bikin pr dia ikut malas-malasan," kata lulusan Universitas Katolik Soegijapranata itu.

Jadi, kaya dia fenomena yang terjadi saat ini, jangan melihat personalnya.  Sebab, jika kita berteman dengan orang baik kita menjadi baik. Sementara jika kita berteman dengan yang jahat kita pasti ikut jahat.

"Jadi ini hanya perkara anak-anak yang ikutan," katanya.

Anak-anak terlibat dalam tawuran, kata dia karena pastisipasi, merasa setia kawan. "Takut kalau nggak ikut, nggak setia kawan, nggak keren. Mungkin juga jadi tekanan kelompok," umgkapnya.

Lulusan Universitas Katolik Soegijapranata itu mengatakan tidak hanya soal pola asuh, masalah pergaulan yang salah juga menjadi pemicu anak-anak terlibat dalam aksi kekerasan. Sebab, harga diri anak-anak adalah pertemanan.

Psikolog Oriza Sativa mengungkapkan penyebab anak terlibat dalam aksi kekerasan seperti tawuran yang terjadi di beberapa tempat di Jakarta melalui pergaulan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News