Ayo, Bertarunglah, Petarung!
Hasan Aspahani
KATA-KATA itu belum lama engkau ucapkan. Berkali-kali. Saya yakin engkau juga belum lupa. Engkau mengucapkannya di beberapa tempat, di beberapa kesempatan.
"Saya ini petarung. Jangan pikir saya lembek," katamu di hadapan santri Pondok Pesantren Pandanaran, Sleman, Yogyakarta, Senin (2/6) siang, belum setahun berlalu. Saya ingatkan satu momen ini saja.
Itu menjelang pemilihan presiden yang akhirnya engkau menangkan. Rakyat memilihmu. Engkau mengidentikkan dirimu dengan rakyat. Kau bilang, kandidat lawan boleh saja tangguh, mempunyai dana kampanye yang besar, serta memiliki mesin politik yang besar dan kuat karena didukung banyak partai.
Yang mengharukan adalah ketika dengan perbandingan itu kau bilang bahwa apa yang telah disiapkan relawan pendukungmu mampu memberikan efek lebih besar.
"Enggak apa-apa di sana mesin politik besar. Yang penting di sini mesin rakyatnya kuat, mesin relawan kuat," ujarmu waktu itu.
Rakyat. Relawan. Di mana dua nama itu sekarang kau letakkan di hatimu? Masihkah keduanya ada dalam pikiranmu?
Saya tidak ingin buru-buru menarik kesimpulan. Tapi melihat hari ini ketika orang sipil yang dulu mendukungmu beramai-ramai bergerak ke KPK, berjaga di sana, saya melihat kau mulai tidak lagi terasa ada bersama rakyat dan relawan.
Kau belum memperlihatkan seberapa tangguh kau tampil sebagai petarung. Saya belum ingin kecewa. Tapi saya siap untuk kecewa. Dan saya akan kecewa bersama banyak orang di negeri ini.
Saldo kepercayaan dan harapan kami padamu rasanya lekas sekali terkuras. Wahai, Petarung, kau masih punya waktu untuk menyetor-menambah ke rekening kepercayaan kami. Mudah-mudahan kau bisa mempertahankan rezim ini sampai pemilihan berikutnya.
KATA-KATA itu belum lama engkau ucapkan. Berkali-kali. Saya yakin engkau juga belum lupa. Engkau mengucapkannya di beberapa tempat, di beberapa kesempatan.
- Refleksi Akhir Tahun 2024 Tentang Penegakan Hukum di Indonesia
- Darurat Penyelamatan Polri: Respons Terhadap Urgensi Pengembalian Reputasi Negara Akibat Kasus Pemerasan DWP 2024
- Mengenang Thomas Stanford Raffles, Perintis Resident Court Dalam Sistem Juri di Hindia Belanda
- Menolak Lupa!: Pentingnya Pilkada Langsung Dalam Kehidupan Demokrasi Bangsa Indonesia
- Mengkaji Wacana Wadah Tunggal KPK Dalam Pemberantasan Korupsi
- Quo Vadis Putusan MK Soal Kewenangan KPK Dalam Kasus Korupsi TNI: Babak Baru Keterbukaan & Kredibilitas Bidang Militer