Ayo Selamatkan Garuda !
Senin, 14 Maret 2011 – 08:20 WIB
Sementara sebanyak 4 hari perdangan menguat. Itu, misalnya, pada 17 Februari setelah menguat 10 point ke posisi Rp 570 dengan volume 65,519,000 lembar. Kemudian terjadi pada 23 Februari dengan menguat 20 point ke level Rp 530 dengan 73,057,500 lembar. Di susul pada 25 Februari menguat 10 point ke posisi Rp 530 dengan volume 30,062,000 lembar. Penguatan terbesar dalam sejarah pengembaraan saham GIAA terjadi pada 11 Maret lalu. Kala itu, saham perseroan merangkak naik sebesar 30 poin ke posisi Rp 530 dengan volume 107,918,000 lembar saham.
Baca Juga:
Penguatan saham GIAA terbilang mengejutkan. Itu terutama pada akhir pekan lalu, bersamaan dengan gejolak bursa global dan regional menyusul gempa dan Tsunami yang meluluhlantakkan negeri Matahari Terbit, Jepang. Seluruh bursa bereaksi negative tidak terkecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tetapi, saham GIAA melenggang dengan tenang hingga masuk jalur top gainer. Padahal, sebelumnya saham GIAA selalu berdamai dengan barisan saham-saham top losser.
Sejumlah analis menanggapi dingin rebound saham GIAA. Kejadian akhir pekan itu bukan hal yang luar biasa. Merujuk kondisi dan siklus pasar, apabila sebuah saham telah lama berkubang di zona negative, ada saatnya untuk sekadar memantul. Dan, pantulan yang dialami GIAA lazim terjadi pada saham-saham emiten lain. ”Biasa saja itu. Belum bisa dijadikan parameter kalau saham perseroan akan bergerak perkasa,” tukas Billy Budiman, Head Of Technical Analyst Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Billy menyarankan investor untuk berhati-hati dengan saham perseroan. Untuk saat ini masih belum menjanjikan untuk dijadikan objek koleksi. Valuasi harga saham perseroan masih sangat potensial untuk terjun ke level yang lebih rendah. ”Saya rasa pemerintah harus ‘dididik’ asing bagaimana cara mengelola perusahaan yang bagus.