Azan Berkumandang di Kampus Monash University Saat Tempat Beribadah Minta Diperbaiki
Ulil Amri Nasiruddin, mahasiswa PhD asal Indonesia, biasanya akan mampir salat Zuhur di musala dekat kampus Monash University di Clayton, Melbourne, sebelum melakukan risetnya.
Tapi beberapa waktu lalu, Ulil ingin mencoba salat di fasilitas ruang ibadah lintas-agama atau 'multi-faith' yang terletak tepat di tengah kampus.
"Saya melihat kondisinya sudah mulai kayak gudang dan ruangannya yang kecil semakin sempit," katanya kepada Farid Ibrahim dari ABC Indonesia.
"Pas masuk waktu salat, kondisinya langsung ramai, membludak. Ruangannya tidak bisa menampung karena sangat kecil," katanya.
Kondisi seperti ini, menurut Wakil Ketua Monash University Islamic Society (MUIS) Fatima Ramtoola, sudah disampaikan ke pihak rektorat sejak lama.
"Kami telah meminta ruang ibadah yang lebih besar sejak tahun 2018," katanya kepada program ABC Radio Melbourne.
Ruang ibadah lintas agama itu hanya dapat menampung maksimal delapan jemaah pria dan delapan jemaah perempuan.
Padahal menurut MUIS, rata-rata 260 orang membutuhkan ruangan tersebut untuk salat.
Mahasiswa Muslim di Monash University merasa permintaan agar tempat beribadah diperbaiki sudah diabaikan bertahun-tahun
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan