Ba'asyir Bebas: Media Australia Berikan Kritikan Keras, Korban Bom Bali Kecewa
Dalam opininya yang dimuat hari Senin (21/01), editor Hugh Riminton mengatakan Ba'asyir membenci orang-orang Australia.
Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya jika setelah bebas, Ba'asyir malah akan kembali mendapat panggung dan meneruskan penyebaran ideologi Islam-nya.
Sementara harian 'The Australian', milik pengusaha media Rupert Murdoch, mengatakan keputusan ini sebagai langkah yang buruk bagi Indonesia dan bagi dunia dalam memerangi terorisme.
"Membuat senang golongan Islam ekstrimis jelang pemilihan presiden 17 April akan merusak catatan Jokowi sebagai pemimpin moderat," tulis harian tersebut dengan judul "Ba'asyir seharusnya tetap berada di balik jeruji".
Tapi pakar politik Islam dari Deakin University di Melbourne mengatakan Ba'asyir bukanlah lagi sosok dengan ancaman signifikan saat ini.
"Cara terbaik untuk menggambarkan Ba'asyir adalah sosok yang sudah tidak dianggap lagi dan menyedihkan," ujar Professor Greg Burton kepada ABC News.
"Menyedihkan disini karena ia tidak lagi memiliki karisma dan tidak lagi mengendalikan orang-orang."
"Tapi yang terpenting, ia menyedihkan karena sebelumnya ia sangat terbuka mengajak orang-orang untuk terlibat jihad, tapi menolak bertanggung jawab secara moral," tambahnya.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata