Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
Saat produk dari negara A tiba di negara B, maka perusahaan yang mengimpor harus membayar $100, yakni $100 untuk harga barang dan $10 untuk pajak.
Seperti yang penah dilaporkan ABC, Wendy Cutler, mantan negosiator perdagangan AS Wendy, yang sekarang menjadi wakil presiden di Asia Society Policy Institute, mengatakan kenaikan ini biasanya dibebankan kepada konsumen, meski tidak selalu.
Sebagian besar ekonom lain memperingatkan kebijakan tarif akan menaikkan harga bagi konsumen Amerika.
Sebuah penelitian yang dilakukan Peterson Institute for International Economics menemukan tarif yang diberlakukan kepada Kanada, Meksiko, dan Cina akan membebani rumah tangga di Australia lebih dari US$S1.200 per tahun.
Menurut Andry dari INDEF, pemberlakuan tarif ini merupakan "kebijakan yang sangat ekstrem" dan memberikan implikasi yang besar.
Karena, menurutnya, selain berdampak ke negara-negara di luar Amerika Serikat, konsumen Amerika Serikat juga ikut menanggung tarif yang dikenakan Trump.
"Yang paling terkena dampak adalah harga-harga barang, terutama barang konsumsi yang pasti naik di AS," kata Andry.
Seiring dengan meroketnya biaya hidup di AS, kenaikan harga imbas tarif yang berlaku ini menurut Andry akan makin mempersulit konsumen di AS.
Amerika Serikat akan memberlakukan tarif impor mulai 9 April nanti termasuk barang-barang dari Indonesia. Sejumlah pengamat di Indonesia mengatakan hal ini berpotensi jadi babak baru perang dagang
- Tanggapi Perang Tarif Trump, Partai Gelora Dorong BPI Danantara Berinvestasi di AS
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan