Baby Rivona, Pengidap HIV/AIDS yang Getol Berjuang Semangati Teman Senasib
Lega, Anak Tak Tertular meski Suami Positif
Jumat, 28 Oktober 2011 – 00:08 WIB
"Setelah lebih dari 18 bulan, saya tes pakai ELISA lagi. Ternyata juga negatif. Sebab, setelah lebih dari 18 bulan, sistem kekebalan tubuh mereka sudah mandiri, tidak ikut ibu yang mengandung dia," jelasnya.
Treatment untuk memiliki anak negatif HIV, kata Baby, sudah berkembang jauh. Dulu, cara untuk memiliki anak negatif diatur ketat. Di antaranya, harus melalui caesar dan tidak boleh disusui ibu ODHA. Sekarang perkembangan medis membuatnya lebih mudah. Proses kelahiran bisa dilakukan secara alamiah.
Di beberapa daerah, ungkap Baby, banyak ODHA hamil yang tidak terselamatkan. Mereka biasanya tidak sadar bahwa dirinya terjangkit HIV dan baru sadar saat kehamilan berusia enam bulan. Saat janin sudah hendak lahir itulah mereka baru menjalani terapi ARV. Sayangnya, terapi telat dan ibu maupun janin meninggal. "Dokter juga tidak mau berisiko mengeluarkan bayi karena janin masih kecil," katanya.
Pengalaman berbeda dimiliki rekan Baby lainnya. Suaminya negatif, tapi istrinya positif HIV. Istri tersebut hamil dan ingin memiliki bayi. Namun, karena konsumsi ARV tidak rutin sekaligus tidak disiplin menjaga kesehatannya, ibu dan janin akhirnya meninggal.
Masa lalu yang kelam membuat Baby Rivona terjangkit HIV/AIDS. Namun, itu tak membuat dirinya putus asa. Dia tetap menjalani hidupnya dengan semangat.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408