Baca Alquran Melalui Indra Perasa

TIDAK ada manusia yang sempurna. Namun, ketidaksempurnaan bukan alasan untuk tidak beribadah, termasuk bagi mereka yang tunanetra. Dan, di bulan suci ini para tunanetra makin bersemangat mendekatkan diri dengan Tuhan. Meski tanpa mata, mereka seakan tiada henti bertadarus, melafazkan ayat-ayat Al-Quran.
---------
M Sahbainy Nasution, Medan
---------
Jika tidak percaya silakan kunjungi Jalan Sampul No 30 Medan Petisah. Ya, di tempat itulah sekumpulan orang tunanetra yang membaca Alquran selayaknya orang normal. Lantuanan ayat suci sangat terdengar saat memasuki bangunan berwarna putih, bertuliskan PersatuanTunanetra Indonesia (Pertuni) Sumut yang berukuran sekitar 1.035 meter persegi ini.
Dengan meja yang berukuran 3 meter berwarna coklat dan bangku kayu, para tunanetra tampak serius membaca alquran.
Mata mereka tak aktif. Banyak dari mereka pun tak hafal Al-Quran. Namun, ayat-ayat itu seakan mengalir begitu indah. Mereka sangat mengandalkan kulit yang ada di jari-jari mereka untuk mengeja alquran. Layaknya orang normal saja mereka asyik membaca Al-Quran tersebut. Mereka ditentori tiga orang guru yang notabene tunanetra juga.
Ya, memang mereka memakai alquran braille. Sebuah Al-Quran yang berbentuk huruf timbul, sedikit lubang kecil, dan bentuknya lebih besar dari Al-Quran biasa. Secara keseluruhan, peserta tadarus ini berbagai daerah seperti Kota Medan, Binjai, Langkat, Deliserdang, Tebingtinggi dan daerah lainnya.
Memang, pada bulan suci Ramadan setiap umat Muslim mengerjakan sesuatu yang bermanfaat dianggap ibadah. Oleh karenanya, banyak umat muslim yang berlomba-lomba mengejar pahala di bulan nan indah ini, termasuk membaca kita suci alquran. Itulah sebagian aktivitas peserta Pertuni Sumut ini.
Sekretaris Daerah (Sekda) Pertuni Sumut, Rusman (40) cukup banyak menceritakan Pertuni Sumut ini. Ia juga seorang tunanetra. Biasanya, pada hari Kamis, anggota yang tergabung di Pertuni Sumut memang melakukan tadarusan. Seiring kebutuhan, selain hari Kamis, Selasa pun dijadikan waktu untuk mengaji. Selain itu, selama Ramadan bisa tiap hari mereka tadarusan.
Rusman menjelaskan, dengan didampingi tiga mentor mereka, peserta tunanetra dibagi menjadi tiga kelompok. Ada yang dikatagorikan pemula, pemantapan, dan yang terakhir kemahiran.
Dari pembagian inilah mereka bisa fasih membaca alquran. Salah satunya, yang dialami oleh Rusman. Pada saat ini ia masih dikatagorikan pemantapan. “Saya belajar tidak pada hari yang ditentukan saja. Setiap selesai salat magrib, saya sering mengulang bacaan yang sudah diajarkan,” ungkapnya.
TIDAK ada manusia yang sempurna. Namun, ketidaksempurnaan bukan alasan untuk tidak beribadah, termasuk bagi mereka yang tunanetra. Dan, di bulan
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara