Badan Bahasa Kemendikbudristek Bedah Dua Buku Kumpulan Puisi, Begini Penjelasannya
“Ah ... deadline adalah diktator yang paling dingin yang pernah kujumpai,” katanya.
Lama sekali puisi tenggelam dari kehidupan sehari-hari Idrus-- dan kalau pun sekali dua dia menulis puisi, coretan itu hanya tersimpan di dalam laci untuk dilupakan.
Rupanya jurnalisme juga yang akhirnya mendekatkan dirinya pada puisi. Saat itu tahun 2007 ketika meliput simposium internasional tentang Rumi di Istanbul dan Konya, Turki.
Konya adalah kota di Turki selatan yang sibuk menjadi persinggahan internasional, karena di situlah sufi agung Jalaludin Rumi (1207 – 1273) hidup dan dimakamkan.
Begitu juga penyair dari Batam dengan nama Ning, mengungkapkan proses kreatifnya.
Menurut dia, puisi adalah bahasa kalbu, curahan sanubari dari relung jiwa yang terdalam.
Dia menjadi teman di kala sepi, menjadi kekasih di kala rindu, menjadi setetes embun di kala dahaga.
Sajak-sajak ini datang dari hati, dan sesuatu yang datang dari hati, maka hati pulalah yang akan menerimanya. Puisi sederhana sebagai curahan jiwa ini telah tercurah mengiringi pena yang menari menuliskan bait demi bait di dalamnya.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek (Badan Bahasa) menggelar acara bedah dua buku kumpulan puisi.
- Buku Karya Jenderal Sigit Dinilai Bisa Membantu Pemberantasan Korupsi
- Mampir Guyon
- Desta Beri Dukungan Terkait Bukunya, Natasha Rizky: Dia Selalu Support
- Seniman Faida Rachma Soroti Isu Hunian dan Kepemilikan di Jakarta Biennale 2024
- Bedah Buku: Dosen Doktoral IPB Pastikan Teori-Teori Komunikasi Pembangunan Sudah On The Track
- Buku Dinasti Keong Demokrasi Mati Resmi Diluncurkan