Bagaimana Memenangkan Penantang Ahok?
Oleh Zaenal A Budiyono*
Demi penguatan dan institusionalisasi demokrasi ke depan, partai harus menjadi kekuatan utama dalam menjual pasangannya ke publik. Sebab, partai secara infrastruktur telah memiliki jaringan, sehingga tinggal dibutuhkan sistem yang tepat untuk mendirigeni gerbong-gerbong partai berjalan searah dan saling menguatkan.
Kini, patut kita tunggu apakah para elite di Koalisi Kekeluargaan bisa menemukan konsensus untuk menghadirkan sosok terbaik bagi rakyat Jakarta. Bila gagal dan pilkada diikuti tiga pasangan, peluang Ahok–Djarot untuk menang makin besar karena suara pemilih akan terpecah.
Selain itu, pasangan calon yang maju pilkada dengan dukungan terbatas (baca: pas-pasan, red) secara psikologi merasa inferior dan membuatnya sulit melakukan “serangan politik yang akurat” ke incumbent.
Padahal sebagai contander bagi incumbent, tak ada track record yang bisa dijual ke publik. Satu-satunya cara untuk melawan incumbent adalah dengan menemukan celah-celah kelemahan kebijakan petahana dan menawarkan solusi alternatif yang lebih baik.(*****)
*Penulis adalah Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), pengajar di FISIP Universitas Al Azhar Indonesia
PENDAFTARAN calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta tinggal menghitung hari, bahkan jam. Sampai saat ini baru pasangan Basuki T Purnama
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Soal Peluang Edy-Hasan di Pilkada Sumut, Sekjen PDIP Bilang Begini
- Rudi Mas'ud Maju Pilgub Kaltim, Pengamat: Masyarakat Mesti Tolak Politik Dinasti
- Hasto PDIP: Edy Rahmayadi Pemimpin yang Berjuang dari Bawah, Bukan Karbitan
- Jakarta Bergerak: Jurus Pramono Anung untuk Membereskan Kemacetan
- Calon Bupati Serang Ratu Zakiyah Penuhi Undangan Klarifikasi Bawaslu
- Survei INSTRAT: Elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono Unggul Jelang Pilkada Jakarta 2024