Bagaimana Pelecehan Seksual Rentan Terjadi di Lingkungan Pemberi Bantuan
Dalam sebuah proyek percontohan, MacLeod dan timnya melakukan enam tes terhadap anak-anak di Filipina, di mana ayah mereka adalah turis datang datang untuk membayar hubungan seksual atau pekerja bantuan.
"Kami menemukan lima bapak - dua warga Australia, seorang dari Kanada, seorang dari Inggris dan seorang dari Amerika Serikat. Dan kami sedang dalam usaha hukum terhadap merkea."
Ide ini bukanlah hal yang baru. Teknologi menggunakan DNA sudah cukup lama digunakan oleh penegak hukum atau perseorangan untuk melacak jejak keluarga mereka.
Di tahun 2018 polisi di Kalifornia menggunakan data situs GEDmatch untuk menemukan pembunuh dari kasus "Golden State killer" yang membunuh sedikitnya 13 orang dan memperkosa belasan lainnya di tahun 1970-an dan 1980-an.
Kelompok yang disebut "detektif DNA" semakin populer di media sosial di mana banyak diskusi dan berbagai pengalaman mengenai DNA dan penggunaannya.
Perempuan dan anak-anak
MacLeod menekankan apa yang dilakukannya timnya terjadi "dengan izin sepenuhnya" dari perempuan dan anak-anak yang memainkan peran besar.
"Ini semua berkenaan dengan pemberdayaan anak-anak dan perempuan. Informasi tersebut bisa mereka gunakan untuk memutuskan apa yang terbaik untuk kehidupan mereka selanjutnya," katanya.
Setelah sang bapak ditemukan, ibu dan anak akan menentukan apa langkah selanjutnya.
Eksploitasi seksual banyak terjadi di sektor bantuan kemanusiaan yang dilakukan PBB dan lembaga bantuan lainnya
- Mahasiswi Mengaku Korban Pelecehan Seksual Manajer BUMN Cabut Laporan, Alasannya
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Calon Bupati Biak Numfor Jadi Tersangka Pelecehan Seksual Sesama Jenis
- Mantan Bupati Ini Ditangkap Polisi terkait Pencabulan Anak
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati