Bagaimana Peluang Jenderal Andika jadi Capres? Bandingkan dengan Gatot, Moeldoko, SBY

Bahkan, kandidat dari kalangan militer yang paling tinggi elektabilitasnya masih belum bergeser dari Prabowo Subianto yang mendapatkan dukungan 20,7 persen, menyusul Agus Harimurti Yudhoyono 4,5 persen dan Gatot Nurmantyo 1,7 persen.
Karyono mengatakan, modal elektabilitas 1 persen masih belum cukup untuk merayu partai politik agar mau mendukung Andika.
Menurutnya, Andika masih harus mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya untuk bisa melaku sebagai kandidat capres.
Dia mengatakan, posisi panglima TNI bukan jaminan bisa mendongkrak elektabilitas, terlebih masa jabatannya hanya 13 bulan.
Dua mantan panglima TNI, yakni Gatot Nurmantyo dan Moeldoko, elektabilitasnya juga masih sangat rendah, belum beranjak dari 3 persen.
Dulu, elektabilitas mantan panglima TNI Wiranto juga tidak signifikan dibanding figur sipil.
"Justru elektabilitas tokoh berlatar belakang militer yang tinggi elektabilitasnya bukan dari jabatan panglima, seperti Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto. Dalam sejarah pemilihan langsung, baru SBY yang terpilih menjadi presiden," paparnya.
Realitas tersebut mengonfirmasi bahwa elektabilitas lebih berhubungan erat dengan faktor personalitas; karakter, rekam jejak, success story, popularitas dan kapabilitas.
Karyono Wibowo mengulas peluang Jenderal Andika Perkasa di bursa capres di Pilpres 2024, silakan simak.
- Jokowi Cawe-Cawe di Pilpres 2024, Bukti Datang dari Prabowo
- Pernyataan Prabowo Menandakan Jokowi Memang Cawe-Cawe saat Pilpres 2024
- Pidato Prabowo Membuktikan Kebenaran Film Dirty Vote
- Jumlah Anggota Koalisi Parpol di Pilpres Perlu Diatur Mencegah Dominasi
- Merespons Putusan MK Tentang PT Nol Persen, Sultan Wacanakan Capres Independen
- Sampit Bantul