Bagi Warga Jakarta dan Sekitarnya, Mereka Hanya Ingin Merdeka dari Udara Buruk

Bagi Warga Jakarta dan Sekitarnya, Mereka Hanya Ingin Merdeka dari Udara Buruk
Penampakan Monas di tengah polusi udara di Jakarta, 11 Agustus 2023. (Foto: TEMPO/ Hilman Fathurrahman W)

Karena ukurannya yang kecil, PM2,5 bisa tetap melayang di udara alam jangka waktu yang lama, dan terserap aliran darah saat terhirup.

Konsentrasi PM2,5 di Jakarta pada 16 Agustus  2023 adalah 77.8µg/m³ atau 15,6 kali di atas ambang batas kualitas udara sehat yang ditetapkan lembaga kesehatan dunia, WHO.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta  menyebut kendaraan bermotor, industri, kegiatan konstruksi, arah angin, dan kelembaban sebagai sumber pencemar yang memperburuk kualitas udara Jakarta. 

Setelah memenangkan gugatan, Tim Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta (IBUKOTA) mendapat laporan dari anggota masyarakat di daerah lain mengenai kondisi udara yang terjadi di tempat lain.

"Karena Jakarta lumayan masif, akhirnya beberapa wilayah sounding [dan] mereka [menjadi] lebih aware," kata Ayu Eza Tiara, Kuasa Hukum IBUKOTA.

Mad Haer, direktur eksekutif PENA Masyarakat, mengatakan "polusi udara mau tidak mau menjadi problematika utama untuk Banten" karena banyaknya PLTU.

Menurut laporan LBH Jakarta, Banten memiliki 21 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan hendak membangun 9-10 pembangkit yang baru.

Di tahun 2020, Dinas Kesehatan Kota Cilegon mencatat lebih dari 22.000 orang mengalami infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.

Presiden Joko Widodo dilaporkan sudah batuk-batuk selama empat bulan. Kualitas udara Jakarta yang buruk juga dirasakan Sandi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News