Bahasa Ibu Mulai Punah, Aksara Hangeul Jadi Pengganti

Bahasa Ibu Mulai Punah, Aksara Hangeul Jadi Pengganti
DITERIMA: Abidin di depan sekolahnya, SMAN 6 Bau-Bau. Papan sekolah itu sebagian menggunakan aksara Hangeul untuk menyebut nama sekolah. F-Sekaring Ratri/JAWA POS

Jadilah Abidin sebagai salah seorang objek penelitian Lee Ho Young. Setiap minggu dia diminta mengucapkan ribuan kata dalam bahasa Cia-Cia, lalu direkam. Abidin juga membantu menerjemahkan ribuan kata bahasa Cia-Cia ke dalam bahasa Inggris.

"Akhirnya, dia beri kesimpulan bahwa bahasa Cia-Cia bisa menggunakan aksara Hangeul. Saya pun senang sekali kalau bahasa Cia-Cia akan terdokumentasikan dan bisa dilestarikan dengan aksara Hangeul," paparnya.

Namun, Abidin sadar, aksara Hangeul tidak bisa sepenuhnya diadopsi untuk bahasa Cia-Cia. Karena itu, dia melakukan sejumlah penyesuaian. Dia menguraikan, aksara Hangeul memiliki 40 karakter yang terdiri atas 19 konsonan dan 21 vokal. Sementara itu, yang dinilai sesuai dengan bahasa Cia-Cia hanya 27 karakter.

"Jadi, kami tidak mengadopsi, tapi mengadaptasi. Sebab, tidak bisa persis sama," jelas Abidin.

Guna memudahkan pelajaran aksara Hangeul untuk bahasa Cia-Cia, Abidin bersama Lee Ho Young (kawan Prof Chun Thai Yun) dan dibantu seorang asisten, Ho Young, membikin buku pelajaran bahasa Cia-Cia dengan aksara Korea tersebut. Karena itu, begitu kembali ke Indonesia pada 2009, Abidin langsung mengajar.

Di SMA Negeri 6 Bau-Bau, Abidin mulai mengajarkan bahasa Korea kepada para siswa. Sementara itu, untuk pengajaran aksara Hangeul, dia menularkannya kepada para siswa di SD Negeri Karya Baru. Ternyata, setelah diperkenalkan, para pelajar, khususnya siswa SD Negeri Karya Baru, mudah menyerap pelajaran tersebut. Hanya dalam 2"3 pertemuan mereka sudah bisa membaca dan menulis bahasa Cia-Cia dengan aksara Hangeul.

"Mungkin karena sehari-hari mereka terbiasa berbahasa Cia-Cia di rumah. Jadi, ada kemudahan buat anak-anak untuk proses transfer huruf Hangeulnya," ujar Abidin.

Setahun kemudian, permintaan dari berbagai sekolah berdatangan. Yakni, dari SD Negeri Bugi 1 dan SD Negeri Bugi 2 untuk diajari huruf Hangeul. Hal tersebut didukung penuh komunitas Cia-Cia yang bermukim di Kecamatan Sorawolio. Namun, Abidin mulai kewalahan karena dirinya juga memiliki jadwal mengajar full di SMA Negeri 6 Bau-Bau.

Suku Cia-Cia di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, menghadapi problem serius. Bahasa ibu mereka kini terancam punah karena jumlah penuturnya yang terus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News