Bahlil, Kawulo, Santri, dan Cita-Cita Republik

Oleh: M Shoim Haris Pendiri ADCENT (Advisory Center For Development)

Bahlil, Kawulo, Santri, dan Cita-Cita Republik
Foto: Pendiri ADCENT (Advisory Center For Development) M Shoim Haris

Dari anak tukang cuci, sekolah nyambi nyopir angkot, dari Papua bisa nembus belantara persaingan ketat Jakarta. Bukan hanya anak Menteng, anak konglomerat, anak pejabat , tetap seperti dirinya juga mempunyai kesempatan yang besar di republik ini.

Bahlil seperti ingin memompa para santri, yang mungkin banyak yang berlatarbelakang mirip dirinya, tidak boleh berkecil hati untuk berjuang meraih harapan setinggi-tingginya. Karena memang kesempatan itu selalu terbuka dan selalu dijaga untuk terbuka negara ini untuk semua warga negara. Negara ini dimiliki semua rakyatnya, dari semua lapisan, dari suku, ras, agama, etnis apapun, dan bertujuan distribusi justice and walfare.

Apa yang ditegaskan Bahlil ini, layaknya penyegaran tentang identitas kita sebagai warga bangsa sebuah negara republik, yang bukan bernama Kawulo lagi.

Tetapi rakyat Indonesia yang memiliki republik ini. Mungkin selama ini kita lupa karena perjalanan politik bangsa yang naik tutun, yang seringkali berbelok dan meremehkan rakyat.

Semua serba elitis, hanya kelompok tertentu yang dianggap boleh mewarisi mengelola negara dan semua sumberdaya yang terkandung di dalamnya.

Bahlil Lahadia mengingat kita semua; bahwa republik ini dimiliki dan dikelola dengan sistem terbuka, bukan diperuntukkan bagi kaum elite tertentu, baik secara ekonomi, politik maupun kultural.(jpnn)

Ramadan bagi muslim adalah laboratorium yang membenihkan embrio kebaikan dengan habit ahsan, yang akan ditumbuhkan dan dibuahkan di bulan setelahnya.


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News