Baliho

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Baliho
Salah satu spanduk Puan Maharani. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

Hal ini tentu menjadi sinyal merah bagi PDIP. Di kandang banteng sendiri reaksi publik malah negatif terhadap Puan.

Penyebaran baliho Puan di kota-kota besar Jawa bisa konradiktif dan memunculkan konotasi negatif.

Pasalnya, Puan baru saja mengrkitik Ganjar Pranowo, gubernur Jawa Tengah, yang dianggap berambisi maju sebagai capres pada 2024.

Puan melalui Bambang Pacul, mengkritik Ganjar dan menyebutnya kemajon dan keminter. Kemajon karena terlalu maju, terlalu cepat bertindak, keminter karena dianggap sok tahu.

Puan menyindir Ganjar, karena lebih sibuk mengerek popularitas melalui medsos daripada menyelesaikan pekerjaannya sebagai gubernur.

Dalam terminologi Jawa, Ganjar disebut sebagai ‘’ngege mongso’’, bertindak sebelum waktunya tiba.

Namun, kali ini Puan malah ikut mengekor Ganjar. Meskipun tidak diakui, tetapi publik tahu bahwa Puan ingin mengejar popularitas dan elektabilitas Ganjar yang sudah terlebih dahulu melejit. Berbagai survei menempatkan Ganjar pada elektabilitas sampai 15 persen, sementara Puan tidak beranjak dari satu koma.

Puan dan para politisi itu justru sekarang yang dianggap nggege mongso. Tidak ada hujan dan angin tiba-tiba memasang baliho di mana-mana. Puan dan para politisi itu dicurigai publik mencuri start kampanye Pilpres 2024.

Puan menyindir Ganjar, karena lebih sibuk mengerek popularitas. Sekarang Puan mengekor Ganjar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News