Bambu Hermawan
Oleh: Dahlan Iskan
Anda sudah tahu: H-indeks adalah alat pengukur kinerja riset. H, anda juga sudah tahu, diambil dari nama penemu rumus indeks tersebut.
Prof Hermawan memanfaatkan pertemanannya itu untuk Indonesia. Dia menebengkan mahasiswa S2 dan S3-nya di sana: untuk bisa masuk ke lingkaran penelitian kelas dunia.
Sudah ada tiga mahasiswa kita yang di sana. Ikut melakukan riset di bidang nano tehnologi, new material dan quantum computing.
"Sebenarnya beliau minta lima mahasiswa lagi. Saya belum punya calon yang bisa dikirim ke sana," ujar Prof Hermawan.
Dia tidak mau asal kirim. Dia juga harus menjaga reputasi agar kepercayaan tidak luntur.
Hermawan sendiri pandai mengajar. Saya sudah beberapa kali bertemu tetapi baru hari itu mengikuti kuliahnya: di forum Majelis Wali Amanat PTNBH di Aceh Jumat lalu.
Halaman pertama presentasi Hermawan berisi lima baris panjang. Kalimat itu tidak bisa dibaca. Tidak ada hurufnya. Terbentuk dari angka semua. Tanpa jarak spasi.
Untuk bisa "membaca" kalimat itu diperlukan waktu 200.000 tahun. Dulu. Kini, dengan quantum computing hanya perlu waktu empat menit.
Nama itu begitu asing di telinga umumnya akademisi Indonesia. Akan tetapi dia itulah yang memegang nilai tertinggi H-indeks di seluruh Indonesia. Dari Unnes.
- Mau Berubah?
- Mahasiswa Minta Pemerintah Tegas Tindak Oknum Nakal Sesuai Putusan MK 136/2024
- Eramet & KBF Berikan Beasiswa untuk Mahasiswa Indonesia Timur, Ini Harapan Gubernur Sulut
- Sebanyak 96 Mahasiswa Presentasikan Hasil Riset di Knowledge Summit
- Datuk ITB
- Glodok Chinatown: Simbol Keharmonisan dalam Komunikasi Antarbudaya