Bambu Hermawan

Oleh: Dahlan Iskan

Bambu Hermawan
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Banyak peserta menengok kagum ke meja UM Malang --dulunya IKIP Malang. Dikira gaji dosen di UM setinggi itu. Ternyata UM yang dimaksud di tabel itu salah satu universitas di Malaysia.

UM sudah masuk ranking sedikit di atas 100 dalam peringkat H-indeks dunia. Anggarannya Rp 4 triliun setahun. Publikasi Scopusnya 75.000. Lebih sedikit. Jumlah dosennya 2.500 --24 persennya dosen asing. Jumlah mahasiswa 17.000.

Gaji dan anggaran memang salah satu jalan menuju WCU. Akan tetapi Prof Hermawan menganggap itu satu dari "kekayaan" masalah kita. Tidak boleh menyerah.

Merdeka saja bisa pakai bambu runcing. Masuk ke WCU tentu juga bisa pakai bambu yang sedikit lebih tumpul.

Untuk itu Hermawan memuji seorang dosen wanita di Semarang. Kami semua terpana.

Nama itu begitu asing di telinga umumnya akademisi Indonesia. Akan tetapi dia itulah yang memegang nilai tertinggi H-indeks di seluruh Indonesia.

Namanya: Dina Nur Anggraini Ningrum. Dosen di Unnes Semarang -dulu IKIP Semarang.

Saat jeda acara saya nebeng ke meja MWA Unnes. Ingin tahu siapa Dina. Saya pun dapat nomor telepon Dina.

Nama itu begitu asing di telinga umumnya akademisi Indonesia. Akan tetapi dia itulah yang memegang nilai tertinggi H-indeks di seluruh Indonesia. Dari Unnes.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News