Bamsoet Apresiasi Mentan Syahrul Yasin Limpo Canangkan Salatiga sebagai Kota Vanili

Oleh karena itu, kata Bamsoet, masyarakat menjuluki vanili sebagai 'emas hijau'.
Bamsoet mengatakan kejayaan tersebut yang kini harus dibangkitkan kembali.
"Pencanangan sebagai Kota Vanili merupakan momentum untuk memberdayakan perekonomian masyarakat Salatiga dengan basis pertanian vanili," ungkapnya.
Menurut Bamsoet, hal ini mengingat kondisi geografi Kota Salatiga di ketinggian 450-825 meter di atas permukaan laut (mdpl), serta berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong.
Fakta ini menyebabkan Salatiga beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata antara 23-24 C. "Sangat cocok untuk tanaman vanili," tegas dia.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan tidak jarang ditemui bahwa masyarakat di Kota Salatiga giat memanfaatkan lahan terbatas di setiap rumah, seperti di teras hingga atap rumah, dengan menanam 5-10 pot/polybag. Selain itu, katanya, ada yang menanam 400 pohon vanili di halaman rumah.
Bamsoet menjelaskan bahwa berdasar informasi dari wali kota Salatiga, saat ini tanaman vanili yang sudah dibudidayakan penduduk mencapai 8.900 batang, dengan luas tanam lahan mencapai 3,74 hektare, tersebar di Kelurahan Kalibening, Katman Kidul, Bugel, Kumpulrejo, Kutowinangun, Randuacir, dan Dukuh.
"Pemerintah Kota Salatiga juga membuat program, satu rumah sepuluh tanaman vanili," terang Bamsoet.
Pencanangan Salatiga sebagai Kota Vanili merupakan bentuk sinergitas MPR RI dan Kementerian Pertanian dalam memajukan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat.
- Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Jadi Ujung Tombak Mencapai Swasembada Pangan
- Ini Respons Ketua MPR Ahmad Muzani soal Usulan 3 April jadi Hari NKRI
- Kementan Gelar Forum Komunikasi Publik Standar Pelayanan RIPH
- Kementan Gelar Forum Komunikasi Publik Penerbitan Standar Pelayanan Produk PSAT
- Mentan: Pengamat Rugikan Negara Rp5 Miliar Bukan Sosok Asing, Guru Besar
- Dukung Pengembangan Kopi di Indonesia, Ibas: Majukan Hingga Mendunia