Bamsoet Pengin Pemilu Jadi Ajang untuk Happy
Bamsoet lantas mencontohkan hujatan kepada tokoh agama gara-gara berbeda haluan politik. Petinggi partai politik, presiden dan pimpinan lembaga-lembaga negara juga sering dicaci maki dan dilecehkan.
“Mereka dianggap tak mampu. Program pemerintah dianggap nihil. Perbedaan politik dikutuk. Kritik berubah menjadi pembunuhan karakter yang kejam. Fondasi berbangsa digoyang dengan isu SARA. Ditambah lewat strategi politisasi agama yang berakibat menguatnya politik identitas,” ujar Bamsoet.
Akibatnya, kebinekaan dalam bahaya. Bahkan semua orang cenderung merasa paling benar.
Di sisi lain kerukunan umat beragama justru dianggap tabu. Sementara akal sehat dianggap nista.
“Karena itu, sudah saatnya kita harus berani mengatakan secara tegas selamat tinggal, politik identitas,” katanya dalam Sidang Bersama DPR dan DPD yang dihadiri para pimpinan lembaga negara itu.
Mantan ketua Komisi Hukum DPR itu juga mengajak semua pihak memperkuat kembali sendi-sendi politik kebangsaan yang memberi ruang dan penghormatan terhadap kebinekaan demi menyuburkan kedamaian dan kebersamaan. “Sehingga semua warga bangsa merasa nyaman, hidup rukun dan bahagia dalam rumah besar Pancasila,” ujarnya.(boy/jpnn)
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo menyatakan, berbeda pilihan politik bukan berarti harus berseteru. Bersaing tidak berarti bermusuhan.
Redaktur & Reporter : Boy
- Kuasa Hukum: Ijazah Jokowi Sudah Clear & Sah Secara Hukum
- Gala Premiere Film Pinjam 100 The Movie Sukses, Bamsoet: Bisa jadi Cermin Generasi Muda
- Hari Kedua Lebaran 2025, Menkop Budi Arie Kunjungi Joko Widodo
- Semangat Memperkuat Kembali Kinerja Perekonomian Nasional
- Jokowi Mau Bikin Partai Super Tbk, Cucun PKB: Silakan Asal Sesuai UU
- Merawat Asa Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Walau Dirusak Perilaku Koruptif