Bamsoet: Tidak Ada Pelajaran PMP, Generasi Muda seperti Kehilangan Pegangan Ideologi
"MPR RI tak akan tinggal diam melihat generasi bangsa direnggut ideologi transnasional. Kita punya Pancasila, yang terbukti telah mengikat rasa persaudaraan berbagai suku, agama, ras, dan golongan di Indonesia. Di sini, semua orang bisa hidup damai, aman, dan nyaman. Jika saat ini kenyamanan hidup terganggu akibat ulah segelintir orang, tak lebih merupakan kesalahan kita sebagai sebuah bangsa yang sepertinya mulai mengabaikan Pancasila," tandas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum SOKSI ini yakin dengan melibatkan berbagai komponen elemen bangsa seperti guru, pengusaha, wartawan, hingga cendekiawan dan tokoh agama, maka kesadaran bangsa akan Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, akan tumbuh kembali lagi.
“Kita bisa kembali mengenali jati diri sebagai sebuah bangsa yang hebat, dengan keharmonisan hidup ditengah berjuta perbedaan.”
"Porak porandanya rasa kebangsaan yang akhir-akhir terjadi, bisa jadi karena ulah pihak-pihak asing yang menginfiltrasi ideologi transnasional akibat ketiadaan Pancasila di bangku-bangku sekolah, dunia usaha, pekerjaan, hingga kehidupan bermasyarakat. Karenanya, melalui Empat Pilar, MPR RI mengetuk kesadaran seluruh elemen bangsa untuk kembali ke jati diri nasional. Kita bangsa besar yang kuat dan dahsyat, dengan Pancasila sebagai pedoman ideologinya," pungkas Bamsoet. (ikl/jpnn)
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet menilai, akibat tidak ada lagi pelajaran PMP, generasi 90-an mengalami missing link terhadap ideologi bangsa, Pancasila.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Di Silaknas ICMI, Muzani: Prabowo Ratusan Kali Ingatkan Bahaya Perpecahan Bagi Bangsa
- Waka MPR Ajak Komunitas Peduli Lingkungan Kolaborasi Atasi Perubahan Iklim
- Ibas: Toleransi, Kasih Sayang, dan Kesehjahteraan Bisa Tangkal Radikalisasi
- Lestari Moerdijat Harap Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Harus Segera Ditindaklanjuti
- Hadiri HUT ke-60 Golkar, Bamsoet Apresiasi Prabowo Dukung Perubahan Sistem Demokrasi
- Lestari Moerdijat: Inklusivitas Harus Mampu Diwujudkan Secara Konsisten