Bandit Kejar Setoran, Waspada Pria Berboncengan
Hanya dalam hitungan detik, tas ini sudah berpindah tangan dan si penjambret langsung tancap gas. Kabur.
Ketika saya lihat, dia tertawa puas karena berhasil membawa tas saya. Saya baru tersadar sudah mengalami penjambretan dan dalam keadaan shock. Dengan sangat emosional Saya berusaha mengejar dan berteriak maling. Eh ternyata, masalah belum selesai.
Sepeda motor sebelah kiri berusaha menarik dari belakang. Karena emosi yang tak terkendali, saya justru terpeleset kerikil dan pasir lepas yang ada di jalanan dan jatuh tersungkur mencium aspal.
Telapak tangan, lengan, lutut, dan jari-jari kaki luka, tergerus aspal jalanan. Sementara si penjambret terus menarik tubuh saya supaya menjauh dari sepeda.
Sempat adu tenaga dan mulut, saya menggigit tangan dia yang kemudian dia bilang kata-kata kotor. Jan*** dan sebagainya.
Enggak mau kalah, ya saya balik umpat mereka…hu…hu. Saya berusaha bangkit mengejar penjambret itu. Kedua penjambret yang ingin mengambil sepeda saya, marah dan mengendarai motor secepat kilat.
Saya mempertahankan sepeda karena detik itu ingat orang tua yang membelikan motor itu. Saya juga teringat jika dompet saya ada di jok usai tadi mengisi bensin. Jadi, saya mulai tidak berpikir lagi soal tas yang yang dijambret yang isinya hanya handphone dan seingat saya hanya uang Rp 20.000. Pikirku, sono ambil tasnya.
Sementara, kendaraan ini berharga karena yang nganterin saya cari berita keliling Surabaya. Sungguh saya berada pada situasi seperti diiris-iris, perasaan dan juga badan saya.