Bandit Kejar Setoran, Waspada Pria Berboncengan
Saya bangkit dan mengejar mereka. Berusaha tenang, saya masuk ke gang-gang di kawasan Brebek Kalianak. Mencari penjambret dengan mengingat-ingat wajah mereka yang menjengkelkan.
Saking kalutnya, beberapa kali saya menuding pemuda yang membawa handphone Samsung sampai akhirnya warga turut mengadili.
Dalam situasi masih kalut, saya masih terpikir soal pengamanan password di email, Facebook, Whatsapp, Skype dan juga pemblokiran nomor sim card.
Saya menelepon suami dengan menggunakan nomor telepon warga. Saya pulang dalam kedaaan galau dan sampai di rumah sekitar pukul 24.00. Penderitaan ternyata tak terhenti di situ.
Setelahnya, suami tak henti- hentinya menelepon nomor saya, yang ternyata masih aktif. Sekitar pukul 01.00, sehari setelah kejadian, penjambret menelepon balik nomor suami saya. Dia tertawa tawa sambil bilang, “Suwun. Butuh duit gawe mendem. (handphone, Red) Wes tak jual nak Wonokromo”.
Ya sudahlah. Saya bilang begitu sama si penjambret. Berdoa semoga mereka sadar. Mereka juga sempat mengirimkan pesan, “Tas no problem. **cuk motore”. Mungkin bisa saya artikan, tas terampas tak masalah, motornya tidak bisa diambil. Lewat handphone suami, saya aktifkan email saya.
Pukul 02.00, di Google Map dan email saya, terdapat laporan pengiriman foto. Malam itu pula saya minta bantuan, ahli smartphone, Herry SW untuk mengecek posisi handphone saya lewat email ataupun lokasi Google Map.
Ternyata, Herry menyatakan jika smartphone saya sudah mati. Namun, sampai keesokan harinya nomor saya masih aktif. Rekan redaksi dan beberapa kolega yang menghubungi, juga menyatakan aktif namun tidak diangkat.