Bang Edi
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Dia akan dikenang sebagai intelektual yang komplet. Wawasan keilmuannya mumpuni di bidang sejarah Islam, sosiologi, dan antropologi.
Dia kemudian turun gunung membuktikan dirinya sebabai intelektual organik ala Gramsci, yang berani berkata jujur terhadap kekuasaan.
Empat bulan terakhir masa hidupnya dibaktikannya sebagai ketua Dewan Pers. Masa yang sangat singkat, tetapi Bang Edi sudah menunjukkan komitmennya untuk menjaga kebebasan pers.
Dengan gigih dia berbicara dengan berbagai kalangan untuk memberi masukan terhadap Rancangan KUHP yang pada beberapa bagiannya mengancam kebebasan pers.
Beberapa tahun yang lalu, Tom Nichols sudah memproklamasikan kematian intelektual, kematian para pakar, dalam bukunya ‘’The Death of Expetise’’.
Dunia digital melahirkan gangguan besar, great disrupstion, di dalam sebuah faset kehidupan, termasuk kehidupan intelektual.
Pada zaman internet sekarang ini tidak ada seorang pun yang bisa mengendalikan kebenaran.
Semua orang merasa menjadi expert, menjadi ahli mengenai apa saja. Tidak peduli seberapa kemampuannya, tidak peduli apakah pengetahuannya memenuhi syarat minimal, dunia internet memberi kesempatan kepada siapa pun untuk menjadi expert.
Azyumardi Azra secara harfiah sudah meninggal dunia, tetapi legasi pemikirannya akan tetap hidup.
- Berkat Ulasan Positif Influencer, Bingxue Jadi Trending Topik di X
- Komdigi Bersama KTP2JB Sosialisasikan Perpres Nomor 32 Tahun 2024 kepada Puluhan Media
- Minim Popularitas, Paslon 03 Hadapi Tantangan Menjelang Hari Pencoblosan
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Mas Ghif Ungkap Cara Kerja Propaganda yang Efektif di Era Digital
- Kuki Nabilla Sampaikan Harapan untuk Masa Depan Indonesia Lewat Lagu