Bang Foke Memang Pintar
Karena itu, timing harus diciptakan, momentum harus dibuat, super sekali. Ketiga, pembatalan itu dilakukan sebelum Foke memasuki masa cuti sebagai gubernur incumbent, persis sepekan sebelum 13 Maret 2012. Sebab, kalau sampai sudah terlanjut cuti, dia tidak bisa membuat kebijakan-kebijakan strategis. Daripada nanti yang mencabut atau yang menyoal orang lain untuk kepentingan yang sama, politis.
Keempat, pembatalan itu nilai tawarnya menjadi selangit, karena April 2012 BBM akan dinaikkan dengan kisaran Rp 1.500 per liter. Dari Rp 4.500,- menjadi Rp 6.000,- per liter. Inflasi diperkirakan menanjak hinggal 1,9 poin, harga-harga barang dan jasa juga naik, dan warteg yang bahan bakunya membutuhkan transportasi, dari daerah ke Jakarta, dari pasar ke lokasi jualan, pasti juga akan berdampak.
Pintar sekali membaca dan menghitung kemungkinan kenaikan komoditas pasca pencabutan BBM bersubsidi. Kelima, mereka yang memiliki akses informasi kebijakan publik yang lebih kuat itu, juga sudah menghitung, tarif dasar listrik juga akan disesuaikan secara gradual, per triwulan. Kisarannya, dalam satu tahun naik beberapa kali, sebesar 10 persen, per tiga bulan.
Kalau pajak warteg diterapkan juga, maka beban itu akan semakin berat dipikul pengusaha kecil dan mikro itu. Keenam, bagaimana kalau reaksi atas kebijakan pajak warteg itu tidak seheboh yang dibayangkan? Karena kota-kota besar lain sudah menerapkan pajak warteg itu, hasil survei Pemprov DKI. Misalnya, Surabaya dan Tangerang Selatan rata-rata Rp 15 juta per bulan hingga Rp 180 juta per tahun.
Kota Bandung dan Depok omset rata-rata Rp 10 juta per bulan hingga Rp 120 juta per tahun. Sehingga kalau Jakarta Rp 200 juta dianggap tidak memberatkan? Wah, kalau kesadaran berpajak sehebat itu, maka skenario B lebih mudah dijalankan. Mereka bisa menggiatkan konsultasi bisnis gratis buat UMKM restoran kecil. Termasuk pemberian bantuan langsung dan kredit bunga rendah berjangka panjang.
Mendorong agar UMKM itu bisa berkembang, dengan berbagai cara. Fleksibel sekali. Orang boleh bilang apa saja! Mau disebut plin plan, plintat plintut makan ati, maju mundur kayak setrika, ragu-ragu seperti pemerintah pusat, atau apa saja. Itu hanya orang-orang yang berpikir proses, tidak berorientasi hasil akhir saja. Ibarat tim sepak bola, itu mirip tim Oranje Belanda. Yang hebat dalam possession football, penguasaan bola, tetapi hanya di lini tengah dan belakang saja.
Bola diputar-putar kiri kanan, depan belakang, tapi tidak sampai membahayakan gawang lawan. Foke mungkin penggemar Barcelona, yang penting mencetak gol dan menang! Seperti Diego Maradona, striker pendek kekar legenda Argentina itu. Dia pernah melewati lima pemain Inggris, lalu diumpan dan disenggol dengan tangan di Estadio Azteca, Mexico City, 22 Juni 1986.
Replay di televisi sangat jelas, dia mendorong bola ke gawang dengan tangannya! Wasit meniup peluit tanda gol dan sah angkanya. Publik bola dunia menyebut “gol tangan Tuhan”, yang penting gol! Yang penting tidak dianulir. Dan Argentina yang sedang bersitegang dengan Inggris dalam kasus Kepulauan Malvinas pun menang! Sejarah mencatat: Maradona pintar! Bang Foke juga pintar lho… (*)
SAYA tidak tahu persis, apakah Gubernur DKI Fauzi Bowo itu doyan minum “Tolak Angin” atau tidak? Karena ada jargon iklan popular yang
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing