Bangkit Begitu Bertemu Duda Beranak Tiga

Bangkit Begitu Bertemu Duda Beranak Tiga
BAHAGIA: Sulastri (kiri) bersama dua anaknya, Syifa Puan Nouri, 8, dan Syamil Aulia Rahman, 6, berfoto dengan Rekaveny, istri Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo. Foto: Ariski Prasetyo/Jawa Pos

Orang yang bermaksud menikahi Sulastri berasal dari berbagai usia dan daerah. Mulai anak muda asal Gorontalo sampai lansia 65 tahun dari Jawa Tengah. Bahkan, saking ibanya, sang kakek sempat mengirim surat cinta kepada Sulastri.

”Bunyinya lucu. Dia menuliskan dengan bahasa Jawa. Dia bilang panjenengan (kamu) harus sabar menjalani hidup,” ujar Sulastri sambil tersenyum.

Namun, pikiran Sulastri saat itu tidak sedang mencari jodoh. Dia tidak menghiraukan sama sekali SMS dari pria yang iba atas nasibnya tersebut. Dia takut orang yang mengirim SMS itu hanya main-main. Dia tidak membalas satu pun pesan tersebut.

Meski begitu, ada satu orang yang tetap keukeuh. Namanya Syafri Salisman. Dia duda beranak tiga. Menurut Sulastri, hampir setiap hari Syafri selalu mengirim pesan ke dia.

Awalnya pesan singkat itu berisi motivasi dan semangat. Sulastri pun membalasnya. Merasa mendapatkan angin segar, Syafri terus mengintensifkan komunikasinya dengan Sulastri.

”Dia sering nanya sudah makan belum. Sudah salat belum. Ya, kayak pacaran gitu,” cerita perempuan yang kini tinggal bersama keluarga barunya di Jalan Sidorejo, Bukit Bestari, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, tersebut.

Tak hanya itu, Syafri juga berani menghadap kakak Sulastri bersama kedua orang tuanya. Dia ingin segera melamar Sulastri. Tapi, lamaran tidak langsung diterima. Sebab, Sulastri bersikukuh menunggu masa idahnya selesai.

Tepat setelah empat bulan sepuluh hari masa idah selesai, Syafri langsung mengajak Sulastri menikah. Tanpa penolakan, ajakan itu diterima Sulastri. Kepala Kesbangpolinmas Provinsi Kepulauan Riau itu mempersunting Sulastri pada 5 Juni 2005. Sejak saat itu, Sulastri diboyong Syafri ke Pangkalpinang, Kepri.

MASYARAKAT Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mungkin tidak akan pernah lupa kejadian sepuluh tahun lalu, tepatnya 26 Desember 2004. Hari itu bumi Serambi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News