Bangsa Besar versus Cabai
Minggu, 25 Juli 2010 – 00:42 WIB
Lagi-lagi kasus ini pun membuktikan kaum birokrat selalu kalah dengan kesigapan pedagang yang diatur oleh hukum pasar.
Baca Juga:
Celakanya ada pula benteng terakhir. Yakni jika harga naik mencemaskan, lakukan saja impor, maka pastilah harga stabil. Tapi dipikirkan akibatnya akan membuat harga produk petani menjadi lebih mahal dan tak laku, sehingga mereka kian miskin. Sebaliknya, petani dari negeri asal impor makin sejahtera.
Memang, itulah yang terjadi dari waktu ke waktu. Kebijakan pangan kita bersifat ”tambal sulam.” Saya kira, cara berpikir itu harus diubah. Pasar dunia itu bagai bejana berhubungan. Jika ada Negara yang minus bahan pangan, maka komoditas itu akan mengalir dari negeri yang surplus.
Masalahnya, mengapa bukan Negara kita saja yang surplus? Globalisasi perekonomian dan pasar itu mestinya menguntungkan Indonesia. Kita harus pengekspor, bukan pengimpor.