Bangsa Kuli
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Ada prinsip kesetaraan di antara seluruh anggota.
Akan tetapi, tentu ada keseteraan yang lebih tinggi bagi negara-negara besar, dan kesetaraan yang lebih rendah bagi negara-negara ‘’junior partner’’ seperti Indonesia.
Sebagaimana prinsip dalam ‘’The Animal Farm’’ Orwell, ‘’All animals are created equal, but some are more equal than others’’; semua hewan diciptakan setara, tetapi beberapa hewan punya kesetaraan lebih tinggi dibanding lainnya.
Itulah paradoks kesetaraan. Indonesia tahu dan sadar diri bahwa sebagai junior partner tidak mungkin menuntut kesetaraan yang lebih tinggi yang dinikmati oleh negara-negara senior partner seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan negara-negara Uni Eropa.
Rasa tahu diri itu kita terima sebagai bagian dari hegemoni.
Dengan penuh rasa tahu diri, Indonesia melakukan konformitas, penyesuaian diri, dengan aturan-aturan yang sudah disepakati organisasi.
Negara-negara anggota harus menjadi negara yang terbuka terhadap perdagangan internasional, ramah terhadap investasi asing, dan terbuka terhadap aliran modal.
Untuk menjamin konformitas itulah, Indonesia menciptakan omnibus law, demi menjamin berlangsungnya aturan main yang sudah disepakati bersama.
Jangan-jangan, Indonesia terkena kutukan Bung Karno menjadi bangsa kuli di tengah bangsa-bangsa dunia.
- Harga Minyakita Tak Naik di Semua Daerah, Ah Masa?
- Mendag Klaim Harga Minyakita Bakal Turun Pekan Ini
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Aksi Solidaritas Palestina, Mahasiswa Serukan Boikot Produk Terafiliasi Israel