Bangsa Pelupa dan Pemaaf, Sebuah Refleksi Tentang Karakter Kolektif Indonesia
Oleh: Drajat Wibowo, pemerhati sosial dan budaya, tinggal di Bali

Akibatnya, mereka memilih untuk pasrah. Setelah melihat berkali-kali bahwa korupsi tetap ada, pelanggar hukum tetap bebas, dan janji perubahan sering kali kosong, banyak orang akhirnya merasa bahwa usaha mereka tidak ada gunanya.
Ditambah dengan faktor cognitive dissonance (Festinger, 1957), di mana otak kita merasa tidak nyaman dengan kenyataan yang bertentangan dengan harapan kita. Jadi, daripada menghadapi kenyataan pahit bahwa keadilan sering tidak dapat ditegakkan, kita memilih untuk meyakinkan diri bahwa lebih baik move on dan fokus pada kehidupan masing-masing.
Dan yang paling nyata ialah kelelahan empati atau compassion fatigue (Figley, 1995). Kita sudah terlalu sering melihat ketidakadilan yang terjadi. Kita marah, kita protes, tetapi ketika hal itu terus terjadi berulang-ulang tanpa ada perubahan yang nyata, kita mulai kehilangan energi untuk peduli.
Bukan karena tidak punya hati, tetapi karena kita sudah terlalu lelah sehingga merasa marah terus-terusan.
Lantas, apa yang membentuk pola itu?
Tentu saja, bukan hanya sejarah dan psikologi yang membentuk pola ini. Ada faktor lain yang ikut berperan.
Pertama , faktor lingkungan dan geografi. Menurut Jared Diamond (1997) , bangsa yang hidup di daerah dengan sumber daya alam yang berlimpah cenderung lebih santai dan lebih adaptif dibandingkan mereka yang hidup di lingkungan keras.
Di Eropa atau Timur Tengah yang kondisi alamnya lebih menuntut, orang cenderung lebih agresif dalam mempertahankan hak mereka.
Sejarah bangsa ini penuh dengan peristiwa-peristiwa besar. Kita pernah menyaksikan jatuhnya rezim, bangkitnya kekuatan baru, skandal besar yang menghebohkan.
- Darmizal Tegaskan Jokowi Fokus pada Kemajuan Bangsa, Bukan Partai Super Tbk
- Sejarah Etnik Simalungun dan Kepahlawanan Rondahaim Saragih
- Memaknai Peperangan di Padang Kurusetra Dalam Epos Mahabarata
- Tantangan Bangsa Berat, Barikade 98 Dorong Penguatan Komitmen Persatuan Nasional
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Muhammadiyah Minta Seluruh Elemen Merawat RI untuk Kepentingan Bangsa