Bani Wolbachia
Oleh: Dahlan Iskan
Sebelum diterapkan di enam daerah itu, penyebaran telur Wolbachia pernah dicoba dilakukan secara terbatas di Yogyakarta. Berhasil.
Nyamuk aedes aegypti-nya jadi terjangkit Wolbachia semua. Angka demam berdarah turun drastis. Termasuk kematian akibat DB. Efek negatif pun tidak ada.
Sri Sultan Hamengkubuwono X minta agar penyebaran Wolbachia diperluas: ke Sleman dan Bantul. Hasilnya juga nyata.
Sukses Yogyakarta itu sampai ke telinga Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Kebetulan menkes kenal baik dengan Prof U-ut, nama panggilan Adi Utarini: sama-sama siswa teladan hanya beda SMA dari Yogyakarta.
Prof U-ut pun menjelaskan pelaksanaan program Wolbachia di Yogyakarta itu. Maka menkes memutuskan: melanjutkannya ke daerah-daerah lain yang sangat tinggi kasus DB-nya.
Kemenkes tetap menggandeng pelaksana program yang di Yogyakarta: Yayasan Tahija dan Universitas Gadjah Mada –di bawah tim Prof U-ut.
Waktu itu Yayasan Tahija, bersama UGM, sudah mempelajarinya dengan sangat mendalam. Terutama saat negara bagian Queensland, Australia, melaksanakan pelepasan Wolbachia di kota Brisbane. Itu tahun 2009. Hasilnya sangat baik. Juga sangat aman.