Banjir Bekasi Maret 2025, Kita Bukan Bangsa Pengendali Air?

Banjir Bekasi Maret 2025, Kita Bukan Bangsa Pengendali Air?
Banjir Bekasi: Foto udara luapan air sungai yang merendam perumahan Kemang IFI, Jatirasa, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/agr

Jangan Hanya Berharap Cuaca Berubah

Negeri ini memang tidak bisa terus-menerus berharap bahwa cuaca akan berubah, bahwa air akan mencari jalannya sendiri tanpa menenggelamkan apa yang ada.

Meskipun Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung telah meminta jajarannya untuk terus melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) sebagai salah upaya mengatasi banjir di Ibu Kota dan sekitarnya. Boleh jadi hal itu memang akan membantu menjadi solusi jangka pendek.

Tetapi ke depan yang harus diubah adalah tata cara dalam memperlakukan tata kota. Karena, banjir yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir bukan sekadar fenomena alam, tetapi konsekuensi dari tata kota yang perlu untuk segera menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Bertahun-tahun, kawasan Jabodetabek ini tumbuh pesat sebagai daerah urban, tetapi perencanaannya dituntut untuk lebih mempertimbangkan daya tampung ekologis.

Sebagai wilayah yang mengalami banjir terparah tahun ini, Bekasi sebenarnya bukan satu-satunya kota yang mengalami hal ini.

Sebagai kota penyangga, wilayah ini berperan penting dalam sistem metropolitan Jabodetabek.

Namun, tanpa perencanaan yang baik, beban yang harus ditanggung Bekasi akan semakin berat.

Jakarta sendiri sudah kewalahan menangani urbanisasi, sementara Bekasi jangan sampai dibiarkan tumbuh dengan pola yang tidak terkendali.

Banjir Bekasi Maret 2025 menjadi pengingat betapa penting masalah tata kota dan pengelolaan air.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News