Banjir Tuhan
Oleh: Dahlan Iskan
Sungai itu menjadi sumber pasir kelas 1 yang tidak habis-habisnya. Terus dikeruk. Tidak bisa habis. Belum lagi tampak berkurang sudah ada banjir pasir baru dari puncak Semeru.
Sesekali banjir bercampur pasir itu terlalu besar. Sungai Mujur membawa kemalangan. Sampai menghanyutkan rumah penduduknya. Termasuk ke isinya. Pun manusianya, bahkan juga jembatan-jembatan yang dilewatinya.
Sabtu sore kemarin beberapa rumah roboh. Hanyut. Empat orang hilang. Termasuk satu keluarga muda: suami-istri-anak.
Satu jembatan gantung juga runtuh. Tali penggantung jembatan itu putus. Videonya beredar di medsos. Terasa mengerikan.
Jembatan ini baru: belum setahun. Bahkan belum lagi genap 7 bulan. Panjangnya 120 meter. Yang membangunnya kementerian PUPR.
Jangan salah: ini bukan jembatan baru yang di jalur utama lintas selatan. Itu jembatan desa. Sebagai hadiah tambahan untuk Lumajang yang kala itu baru saja menderita akibat letusan Semeru dua tahun lalu.
Hadiah utamanya adalah jembatan besar di Piket Nol. Yang hancur akibat banjir lahar dua tahun lalu. Jembatan besar ini selamat. Banjir lahar kali ini tidak sebesar dua tahun lalu.
Letak jembatan gantung yang roboh itu memang tidak jauh dari hadiah utama tadi. Maka banyak yang mengira jembatan baru yang menghubungkan Malang dan Lumajang itulah yang roboh.