Bank Kelas Kakap Hadapi Tekanan Kredit Bermasalah
Suntikan modal itu memengaruhi raihan laba bersih grup dengan bisnis inti di sektor otomotif tersebut.
’’Soal NPL itu bergantung ke sektor mana kredit disalurkan. Saya melihat bank-bank banyak menyalurkan kredit ke korporasi. Padahal, risiko kredit ke korporasi juga tinggi. Tahun ini, bank-bank harus bisa lebih baik dalam melakukan mitigasi risiko,’’ jelas analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambadha, Senin (20/3).
Dari segi pertumbuhan kredit, lanjut dia, mayoritas bank-bank besar masih mengandalkan nasabah yang ada saat ini (existing).
Dengan demikian, permintaan kredit masih akan tumbuh. Namun, nilainya belum optimal.
Salah satu penyebabnya adalah masih tingginya beban bunga kredit dengan ruang penurunan yang terbatas.
Untuk meningkatkan kinerja kredit, perbankan dituntut lebih giat mencari nasabah baru.
Salah satunya dengan meningkatkan penyaluran kredit consumer, termasuk kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor.
’’BBCA saja akhirnya meningkatkan porsi kredit consumer-nya kan. Sebab, di korporasi, mereka juga menghadapi tantangan,’’ katanya.
Sejumlah bank papan atas Indonesia masih menghadapi tekanan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) sepanjang 2016 lalu.
- Soal Dampak Green Bond, BNI Bisa Jadi Contoh dan Acuan Bagi Sektor Perbankan di Indonesia
- BTN Raih 2 Penghargaan di Ajang Global Retail Banking Innovation Awards 2024
- IESR Sebut IPO Menjadi Salah Satu Opsi Pendanaan Energi Terbarukan Melalui Bursa Efek
- SuperApp BYOND by BSI, Hadirkan 130 Fitur Layanan yang Aman Diakses
- Teknologi Peruri Graph Analytic Bantu Amankan Data BPR-BPRS
- BRI Peduli Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Peserta Mencapai 13.200 Orang