Bank Mulai Jual Rp 11.000/USD
LPS: Pelemahan Kurs Ini Masih Fase Dini
Namun, di pasar spot, rupiah sudah jatuh lebih dalam. Data kompilasi Bloomberg menyebutkan, rupiah diperdagangkan di posisi 10.723 per USD, melemah 1,8 persen dibanding penutupan hari sebelumnya. Ini merupakan pelemahan paling parah dibanding mata uang lain di seluruh dunia. Rupee India (INR) yang pada Senin lalu melemah paling parah kemarin hanya melemah tipis 0,16 persen.
Nilai tukar rupiah di sejumlah perbankan juga menunjukkan pelemahan. Berdasar pantauan kemarin, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menetapkan kurs jual Rp 11.050 per USD, sedangkan untuk kurs beli Rp 10.650 per USD. Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) membanderol kurs jual Rp 10.995 per USD, kurs beli di level Rp 10.595 per USD. Lalu PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) menetapkan kurs beli di Rp 9.733 per USD, sedangkan kurs jual di Rp 10.634 per USD.
Menteri Keuangan Chatib Basri pun terus berupaya mendinginkan pasar. Ekonom yang pernah menjadi staf khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani itu lagi-lagi mengatakan bahwa kondisi rupiah dan pasar modal saat ini masih aman. "Semuanya aman, pemerintah akan berusaha keras untuk mengatasi ini. Itu dulu statemen saya," ujarnya.
Lantas apakah kondisi saat ini akan menggiring Indonesia seperti saat krisis 2008? Chatib menyatakan bahwa kondisi makro Indonesia saat ini masih lebih kuat daripada ketika 2008. "Ekonomi kita masih cukup kuat, perbankan kita juga solid," jelasnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan, dirinya tidak sepakat jika ada yang menyebut pemerintah lamban menyikapi gejolak pasar keuangan. "Pemerintah akan terus berkomunikasi dengan pelaku pasar surat utang, saham, maupun currency (nilai tukar). Artinya, kita tidak diam saja," tegasnya.
Meski demikian, lanjut Bambang, pemerintah dan BI memang tidak bisa serta-merta mengintervensi pasar untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Sebab, size atau ukuran pasar keuangan di Indonesia sudah sangat besar, sedangkan resource atau sumber daya yang dimiliki pemerintah dan BI terbatas. "Jadi, yang bisa kita lakukan adalah menstabilkan pasar," tuturnya.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui, tekanan di pasar keuangan, termasuk nilai tukar rupiah, masih terus berlanjut. Dia pun meyakinkan bahwa BI akan terus berada di pasar untuk melakukan stabilisasi agar pelemahan rupiah tidak terlalu tajam. "BI, pemerintah, dan OJK akan terus melakukan stabilisasi," ujarnya.
Komisioner OJK sekaligus Kepala Eksekutif Bidang Pasar Modal Nurhaida menambahkan, pihaknya terus melakukan pengawasan terhadap gejolak bursa saham dengan berkoordinasi dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai otoritas pasar modal. "Kami sudah memiliki SOP dan manajemen protokol jika terjadi penurunan indeks sampai batas tertentu. Hal itu yang akan dilakukan," ungkapnya.
JAKARTA - Pemerintah, Bank Indonesia (BI), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan para pelaku usaha harus memperkukuh kuda-kuda. Turbulensi nilai tukar
- Pertamina Optimistis Pengembangan CCS/CCUS Berkontribusi Signifikan Mengurangi Emisi
- PNM Dorong Ekonomi Perbatasan lewat Inovasi Rumput Laut
- Ini Sederet Keuntungan Menjadi Mitra Bisnis Lalamove
- Pertamina Patra Niaga Regional JBB Hadirkan SME Market 2024 di Bandung
- Industri Kosmetik Makin Kompetitif, Produsen Gencar Luncurkan Produk Baru
- Snapcart Ungkap Marketplace Pilihan Brand Lokal dan UMKM