Banteng Vs Celeng

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Banteng Vs Celeng
Ilustrasi PDIP. Foto: dok.JPNN.com

Dia mengungkapkan secara tradisional partai-partai di Indonesia terpisah dalam dua kuadran nasionalis dan religius.

Dua aliran itu bersaing dalam pemilu untuk berebut suara. Namun, setelah pemilu usai dua kubu itu mencair menjadi satu dalam koalisi, dan tidak terlihat lagi perbedaan ideologis di antara keduanya.

Hal ini disebut Ambardi sebagai proses kartelisasi politik yang melahirkan partai pemburu rente dari kekuasaan.

Partai-partai politik tidak bisa hidup menjadi oposisi karena jauh dari rente pemerintah yang menjadi sumber pembiayaan partai. Kartelisasi politik inilah yang menyebabkan matinya oposisi di Indonesia.

Kartelisasi ini menyebabkan persaingan antarpartai justru lebih keras di antara sesama partai seideologi dibanding dengan partai dengan ideologi lain, karena kepentingan untuk mempertahankan rente.

Para celeng yang membelot dari kandang banteng akan menghadapi kekuatan kartel politik ini. Sejarah menunjukkan bahwa para celeng pembelot tidak bisa bertahan hidup, kalah oleh partai induk yang menguasai kartel.

Pemilihan presiden 2004 akan makin seru oleh persaingan saling seruduk antara celeng melawan banteng. (*)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

Di kalangan para pendukung banteng, ada sebutan celeng untuk mengambarkan kader yang membelot.


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News