Banyak Honorer K2 Stres Berat
jpnn.com - TIDAK masuknya anggaran pengangkatan honorer kategori dua (K2) dalam APBN 2016 tidak hanya mengagetkan para honorer saja. Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) pun terperangah.
Lantas bagaimana sikap PB PGRI terhadap masalah ini? Berikut pernyataan Ketua Umum PB PGRI Sulistiyo kepada wartawan JPNN Mesya Mohamad, Sabtu (14/11).
Bagaimana sebenarnya PB PGRI melihat masalah honorer K2 ini?
Kalau kami melihat, honorer K2 itu berhak diangkat CPNS. Apalagi sejak awal pemerintah tidak punya ketegasan mau dibawa ke mana nasib mereka. Baik pemerintah maupun DPR RI hanya memberikan janji-janji. Ini bisa kami sadari karena honorer K2 ini merupakan alat politik ampuh untuk menarik suara rakyat. Honorer K2 ini bertahan dengan harapan-harapan yang semoga tidak palsu.
Kok tidak palsu Pak?
Hehe. Kan memang iya, harapan-harapan pemerintah dan DPR ini semua palsu. Kalau serius, tidak mungkin anggaran yang sudah digodok pemerintah dan DPR tiba-tiba hilang saat paripurna. Ini harus ditelusuri siapa sebenarnya biang keroknya. Kok bisa memainkan nasib honorer K2. Honorer K2 angan-angannya sudah setinggi langit, namun tiba-tiba jatuh. Masih untung kalau jatuh ke bintang, ini jatuhnya langsung ke tanah. Hasilnya apa, banyak K2 yang stres berat, saking stresnya ada di antaranya sampai meninggal dunia. Apa pemerintah dan DPR tahu ini? Kan tidak.
Saat rakornas PGRI 6-7 November, kami mendapatkan laporan dari korwil-korwil honorer K2. Banyak anggotanya yang sudah menunggu diangkat, tiba-tiba harapannya kandas. Yang tidak kuat, mengalami stres berat, bahkan ada yang meninggal. Sedangkan yang masih kuat mentalnya, dengan susah payah membangun semangat itu bangkit lagi.
Dari analisa Bapak, apakah honorer K2 punya peluang diangkat lagi, mengingat PP untuk pintu masuknya belum ada?