Banyak Kegaduhan, SKI Minta Jangan Ada yang Sibuk Mencari Kambing Hitam

jpnn.com, JAKARTA - Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI) meminta semua pihak bersatu untuk memperbaiki berbagai masalah di Indonesia.
Sekjen SKI Raharja Waluya Jati mengimbau jangan ada pihak yang sibuk mencari kambing hitam atau saling menyalahkan karena berbagai kegaduhan yang terjadi beberapa waktu terakhir.
Seperti diketahui, berbagai kejadian mewarnai Indonesia, mulai dari kasus Ferdy Sambo, tragedi Kanjuruhan, hingga penangkapan Teddy Minahasa.
"Ada baiknya rangkaian peristiwa kelam tersebut menjadi batu pijak bagi bangsa untuk melakukan refleksi yang dalam, sedalam-dalamnya," ujar Sekjen SKI Raharja Waluya Jati, Sabtu (15/10).
Menurut Jati, rangkaian peristiwa kelam yang melibatkan nama-nama besar dari lembaga-lembaga penting itu melampaui dimensi hukum, ekonomi, dan politik.
"Sudah saatnya kita sebagai bangsa melihat kembali pilihan strategi kebudayaan. Sebab, seluruh tata hidup yang kita bentuk dan kita jalankan mencerminkan kebudayaan bangsa," lanjutnya.
SKI sebagai organisasi masyarakat, kata Jati, memaknai rangkaian peristiwa kelam tersebut sebagai peringatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar bangsa mawas diri.
Jati menilai semua piahk harus menjaga perilaku atau tindak tanduk bangsa. Ujung dari tindakan mawas diri adalah merumuskan kembali eksistensi manusia Indonesia.
"Sikap mawas diri, selalu menjaga nilai-nilai kepatutan serta keteladanan perilaku, merupakan sikap dan tindakan yang dibutuhkan bangsa ke depan," tuturnya.
Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI) meminta semua pihak bersatu untuk memperbaiki berbagai masalah di Indonesia.
- Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu, Cermin Ketidaksiapan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
- Pengamat: Ada Operasi Politik Menghancurkan Orang-Orang Kepercayaan Presiden Prabowo
- PIK 2 Dinilai Bisa Jadi Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Pesisir
- Transformasi Digital sebagai Pilar Ketahanan Ekonomi di Era Perang Dagang Global
- Analis Sebut Kans Ekonomi Indonesia Alami Perkembangan Progresif
- Waspada! Prediksi Kebijakan Donald Trump Bisa Picu Resesi di Indonesia