Banyak Keluhan dari Orang tua, Setuju Pembelajaran Jarak Jauh Dievaluasi?
Di antara keluhan yang banyak disampaikan antara lain; Pertama, tidak memiliki smartphone atau komputer untuk mengakses pembelajaran dari sekolah.
Selain itu, ada banyak keluarga yang tidak mampu membeli kuota internet untuk online. Kalaupun ada, mereka tidak bisa memakainya setiap hari karena keterbatasan budget.
“Bayangkan kalau anak yang sekolah tiga atau empat orang di keluarga tersebut. Itu berarti, orang tuanya harus membeli tiga atau empat alat smartphone atau komputer. Kuota internet yang dibutuhkan pun pasti akan lebih besar," jelas legislator asal Sumatera Utara ini.
Belum lagi saat belajar, ketika anak yang satu minta dibantu, anak yang lainnya sudah memanggil ibunya untuk mengerjakan tugas lain.
Perlu diingat, tidak semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah itu semuanya bisa dipahami oleh orang tua murid.
Selain itu, ada banyak PR yang harus dikerjakan. Praktis, dengan pola belajar seperti ini, orang tua siswa dipastikan akan menghabiskan waktu untuk mengurus pelajaran-pelajaran anak-anaknya.
Padahal, urusan rumah tangga bukan hanya soal sekolah, tetapi ada banyak hal lain yang mungkin lebih kompleks”.
Kedua, anak-anak yang belajar di rumah sering sekali kurang tertib. Sebab, aturan yang selama ini diberlakukan di sekolah, tidak semuanya bisa dilaksanakan di rumah. Tidak jarang, anak-anak banyak yang belajar tidak fokus.
Pola PJJ alias pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19 dinilai memberatkan orang tua sehingga pemerintah diminta melakukan evaluasi.
- Ada Misa Agung, 208 Sekolah di Jakarta Belajar Jarak Jauh pada 5 September
- Ada KTT ASEAN, 1.108 Sekolah di Jakarta Terapkan Belajar dari Rumah
- Sekolah di Sekitar Venue KTT ASEAN Akan Belajar dari Rumah, Simak Tanggalnya
- Kabut Asap Karhutla Bikin Kualitas Udara tidak Sehat, Pemkot Pontianak Terapkan Belajar Online
- 2 Menteri Era Jokowi Akui UT Menjadi Leader PJJ, Wapres Ma'aruf Amin Beri Apresiasi
- Studev, Belajar IELTS Online Lebih Murah dan Efisien