Banyak Orang Indonesia Jadi Instruktur
Laporan wartawan Jawa Pos Kardono Setyorakhmadi, Cotabato City
Rabu, 23 September 2009 – 09:13 WIB
Kok bisa yakin" "Kami hafal kebiasaan tentara Filipina. Tak ada peralatan lengkap, tak ada tanda-tanda mobilisasi, jadi situasi tetap tenang-tenang saja. Mereka tak akan menyerang," jelasnya.
Kalau begitu, mengapa MILF tak menyerang para tentara itu saja" Mario lagi-lagi tertawa. "Kami tak sembarangan menyerang. Harus strategis kalau menyerang. Kalau kami menyerang mereka yang duduk-duduk itu, paling-paling kami berhasil membunuh sepuluh orang saja. Tapi, akibatnya malah terjadi penyerangan besar-besaran," urainya. Tampaknya, tentara maupun MILF sama-sama berhitung.
Selain itu, di antara belasan kamp dalam kompleks Kamp Abu Bakar, tampaknya, tentara Filipina hanya menguasai tak lebih dari sepuluh persennya. Sisanya, kamp-kamp tersebut masih aktif. Mario kemudian menunjukkan dari kejauhan sejumlah kamp yang masih dikuasai MILF.
Hanya, dia tak berani menunjukkan kamp-kamp yang dikuasai tentara Filipina. Maklum, kamp-kamp itu telah menjadi markas militer tentara Filipina. "Saya bisa ditangkap kalau ketahuan muncul di sana," tegasnya.
Dulu, Kamp Abu Bakar sangat ramai dan hidup. Penghuni kamp saat itu diperkirakan mencapai 50 ribu orang. Mempunyai pertanian dan pasar sendiri. Yang
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408