Banyak Pengusaha ‘Start-Up’ Australia Ingin Buka Kantor di Luar Negeri
Banyak perusahaan start-up Australia –yang berharap untuk berhasil secara global -semakin beralih ke ide relokasi ke luar negeri untuk mengakses pelanggan.
CEO dan pendiri perusahaan teknologi ‘Culture Amp’, Didier Elzinga, mengatakan, relokasi adalah masalah pilihan.
"Saya pikir selalu ada pilihan, dan pilihan yang akan diletakkan di depan semua orang adalah apa yang Anda inginkan lebih?,” kemukanya dari San Francisco.
Ia menerangkan, "Dan kebenaran dari masalah ini adalah jika Anda ingin meningkatkan peluang Anda untuk berhasil, berada di sini Anda lebih mungkin untuk berhasil.”
"Berada di sini akan lebih mudah untuk mengumpulkan uang. Berada di sini Anda akan mempekerjakan orang-orang tertentu," sambungnya.
Didier mengatakan, bisnis di Melbourne tidak akan sesukses sekarang jika mereka tidak memiliki kehadiran perusahaan di AS, di mana 80% dari klien mereka bertempat tinggal.
"Apa yang investor katakan adalah Anda bisa terus melakukan apa yang Anda lakukan, jika Anda ingin saya untuk menempatkan 10 juta dolar (atau setara Rp 100 miliar) ke perusahaan Anda, saya akan lebih suka jika Anda di sini," ungkapnya.
Ia menuturkan, "Dan kebanyakan orang akan mendengar itu dan berkata ‘saya akan pindah ke sana'."
Selama 10 minggu terakhir, warga Australia yang bernama Brian Lim, 35 tahun, berkesempatan mencicipi kehidupan di Silicon Valley, dengan bekerja
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat