Banyak Perempuan Asia Jadi PSK di Australia demi Visa Menetap
Sementara bagi Sally, ia harus membeli kondom sendiri.
"Klien meminta saya untuk tidak menggunakan kondom dan mengatakan saya akan diberi tambahan $50, kurang dari Rp 480 ribu, tapi saya takut terkena HIV, jadi saya bilang tidak," katanya.
Jade, yang juga ingin identitasnya dirahasiakan, juga harus membeli kondom sendiri saat ia pernah bekerja di sebuah rumah bordil.
"Beberapa pelanggan tidak memakai kondom. Saya bilang, 'Jika kamu tidak menggunakan kondom, saya tidak melakukannya!' karena saya memikirkan keselamatan dulu," katanya.
"Uang memang sangat penting, tetapi bukan segalanya."
Dari sebuah survei yang diterbitkan tahun 2015 oleh Australian Institute of Criminology, bekerja sama dengan Scarlet Alliance, organisasi yang membawahi pekerja seks di Australia, menemukan lebih dari setengah pekerja seks perempuan harus merogoh uang sendiri untuk membeli kondom.
Photo: Jade juga mengaku jika ia terpaksa "tinggal" di rumah bordil karena manajernya yang ingin ia bekerja 24 jam. (ABC News: Stephanie Boltje)
'Pertama kali melakukannya, saya sangat takut'
BaptistCare HopeStreet mendefinisikan "rumah bordil murahan" sebagai prostitusi dan panti pijat dengan harga di bawah rata-rata industri seks.
Sejumlah perempuan Asia di Sydney harus bekerja secara diam-diam karena takut akan anggapan soal pekerja seks yang buruk,
- Lukisan Aktivis
- Australia Membutuhkan Pekerja Lepasan yang Cukup Banyak Menjelang Akhir Tahun
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan