Banyak Warga Australia Palsukan Data Saat Ajukan Pinjaman KPR

Hal ini akan membawa konsekuensi yang lebih buruk lagi bagi perekonomian Australia daripada yang diharapkan oleh para pembuat kebijakan jika pasar perumahan anjlok.
UBS juga memperingatkan bahwa bank-bank mungkin rentan terhadap proses litigasi jika harga rumah berhenti mengalami peningkatan dan konsumen yang memiliki rasio otang berlebihan mulai mengalami kesulitan membayar atau default.
Bank UBS mengatakan perlu upaya lebih banyak dilakukan oleh bank-bank Australia untuk memverifikasi permohonan pinjaman, dimulai dengan persyaratan untuk memperlihatkan besaran pajak penghasilan mereka.
ANZ dan NSW peringkat tertinggi
Tahun ini, UBS juga memaparkan data temuannya hingga ke institusi keuangan.

Dari empat bank besar di Australia, Bank ANZ memiliki proporsi hipotek tertinggi yang tidak "benar-benar faktual dan akurat", dan 45 persen dari data tersebut masuk dalam kategori "pinjaman fiktif" oleh Bank UBS, sebuah istilah yang dipinjam dari krisis hipotek di AS.
Angka itu jauh di atas rata-rata industri perbankan yang hanya 33 persen, seperti juga halnya melampaui level atau tingkat toleransi persetujuan pinjaman yang mengandung pernyataan keliru atau ketidakakuratan yang ditetapkan oleh Bank Sentral Australia (NAB).
"Sebuah survei terhadap 907 orang yang mencakup semua bank besar adalah sampel yang sangat terbatas mengingat ANZ memiliki lebih dari 1 juta pinjaman rumah," kata juru bicara ANZ, sebagai tanggapan atas temuan UBS ini.
"Kami memiliki alur proses persetujuan pinjaman yang dirancang untuk memastikan pinjaman rumah kami terus dinilai secara konservatif.
- 'Nangis Senangis-nangisnya': Pengalaman Bernyanyi di Depan Paus Fransiskus
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia