Banyak Warga Australia Percaya Rasisme Masih Hidup, Sebagian Besar Non-Kulit Putih Pernah Merasakan Langsung

Banyak Warga Australia Percaya Rasisme Masih Hidup, Sebagian Besar Non-Kulit Putih Pernah Merasakan Langsung
Mohammad Al-Khafaji tiba di Australia sebagai pengungsi di usia 13 tahun. (Supplied: Mohammad Al-Khafaji)

"Kita semua mengalami rasisme, pada akhirnya kita semua menilai orang lain berdasarkan penampakkan mereka."

Survei Australia Talks juga menemukan bahwa 64 persen warga percaya bahwa sebagian besar warga Australia berprasangka buruk terhadap warga aborigin, terlepas mereka menyadari atau tidak.

Akademisi asal University of Queensland, yang juga warga Aborigin dari suku Munanjahli, Chelsea Watego mengatakan dia terkejut rasisme masih begitu tinggi.

"Kita hidup dalam masyarakat di mana sudah sedemikian lama kita mengatakan rasisme itu tidak ada, jadi agak mengejutkan semakin banyak warga Australia mengakui bahwa ini memang ada,"katanya.

Tetapi dia mengatakan mengakui adanya rasisme barulah permulaan dalam perjalanan mencapai kesetaraan.

"Langkah berikutnya adalah menentukan apa yang harus kita lakukan, dan sayangnya masih ada penentangan terhadap usaha menangani rasisme di negeri ini."

Pakar menyerukan adanya strategi anti rasisme

Menurut mantan komisioner diskriminasi rasial Australia, Tim Soutphommasane, pandemi COVID-19 telah memperburuk masalah rasisme yang sudah jadi masalah besar di Australia.

Dia mengatakan tidak saja komunitas Asia di Australia yang mendapat banyak cemoohan, namun kelompok lain juga menjadi sasaran.

Sebagian besar warga Australia mengatakan masih banyak masalah rasisme hingga saat ini

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News