Banyak Warga Australia Percaya Rasisme Masih Hidup, Sebagian Besar Non-Kulit Putih Pernah Merasakan Langsung

Banyak Warga Australia Percaya Rasisme Masih Hidup, Sebagian Besar Non-Kulit Putih Pernah Merasakan Langsung
Mohammad Al-Khafaji tiba di Australia sebagai pengungsi di usia 13 tahun. (Supplied: Mohammad Al-Khafaji)

"Kita tahu akan ada dampak bila permusuhan rasial ditujukan ke satu kelompok tertentu bisa menular ke yang lain," katanya.

"Bila rasisme muncul maka bisa ditujukan ke satu kelompok yang dengan cepat menyebar ke kelompok lain, karena orang merasa mereka berhak untuk menyampaikan kebencian kepada yang lain."

Profesor Soutphommasane yang sekarang menjadi akademisi meminta Pemerintah Federal Australia untuk berbuat lebih banyak guna memerangi rasisme.

Sejak tahun 2015 tidak ada lagi strategi nasional anti rasisme dan dia mengatakan Australia tertinggal dari negara lain.

Komisi HAM Australia sudah membuat kerangka kerja anti rasisme nasional yang baru di bulan Maret, termasuk meningkatkan pengumpulan dana mengenai rasisme, serta mengkaji hukum guna memastikan perlindungan bagi semua warga.

Dalam pernyataannya, Kejaksaan Agung Australia mengatakan pemerintah menyambut baik usulan tersebut dan bekerja sama erat dengan komisioner diskriminasi rasial guna mengembangkan sebuah strategi.

"Pemerintah yakin Australia adalah negara multibudaya paling berhasil di dunia saat ini dan percaya warga harus diperlakukan sama terlepas ras dan agama mereka," katanya pernyataan tersebut.

"Karenanya, Pemerintah mengecam rasisme dan diskriminasi berdasarkan ras, dan percaya pada masyarakat yang harmoni, sejahtera dan melibatkan siapa saja di mana tidak ada tempat sama sekali bagi adanya rasisme."

Sebagian besar warga Australia mengatakan masih banyak masalah rasisme hingga saat ini

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News