Banyak yang Kecewa Pilihan Jokowi, Golput Bakal Tinggi?
jpnn.com - Bagaimana memaknai fakta bahwa golput berjasa mengantar Donald Trump jadi presiden AS? Dan, bisakah ditarik benang merahnya ke Indonesia yang juga tengah bersiap menghelat ronde kedua pertarungan Jokowi vs Prabowo? Berikut wawancara dengan Joko Susanto, dosen hubungan internasional Universitas Airlangga sekaligus direktur eksekutif Stratagem Indonesia.
---
Hasil survei terbaru pilpres AS menunjukkan angka golput yang tinggi. Apa kira-kira yang mendasarinya?
Mungkin mereka tidak terlalu yakin dengan Hillary, tapi juga tidak tertarik dengan Trump. Tapi, sebagai dampaknya, Trump melenggang lebih mudah. Penurunan terbesar itu justru di basis-basis Demokrat.
Tapi, sejak tahun 80-an, turnout di AS tidak pernah di atas 70 persen. Hanya saat Obama mencalonkan diri, angka partisipasi naik. Program berpengaruh, tapi hanya di swing voter. Pada pemilih tradisional, reÂferensi identifikasi terhadap partai politik jauh lebih berpengaruh. Jadi, sebenarnya pertarungan yang terjadi adalah antara pendukung tradisional masing-masing partai.
Apakah kualitas calon jadi penentu?
Kalau identifikasi partai kuat, kualitas calon kadang bisa diabaikan. Di Indonesia identifikasi partai lemah, salah satunya karena kebanyakan partai. Partai mirip-mirip, secara platform atau program tidak jauh beda, yang beda kepentingannya.
Apakah karakter golput di AS dan Indonesia berbeda?
Golput terbukti berpengaruh besar terhadap hasil pemilu presiden di Amerika Serikat. Apakah hal yang sama dapat terjadi di Indonesia. Bagaimana nasib Jokowi?
- Tak Ingin Pilkada Diwarnai Golput, Aliansi Relawan Rido: Tiap Suara Sangat Berarti
- Gelar Diskusi Pilkada, KAHMI Jaya dan KPU DKI Ajak Masyarakat Tidak Golput
- Gerakan Coblos Semua Calon di Pilkada Tak Boleh Dikriminalisasi
- Deddy Sitorus Bicara Soal Perubahan Sikap Jokowi Setelah Pilpres 2019, Jleb Banget!
- Pertama Coblos
- Cipayung Plus Ajak Anak Muda Tak Golput, Pilih dengan Hati Nurani