Barang Enak
Oleh: Dahlan Iskan
Klub-klub Liga juga punya satu suara. Badan-badan dalam PSSI masing-masing juga punya satu suara: misalnya badan yang mewadahi wasit. Total sekitar 80 suara.
Komposisi hak suara seperti itu juga menjadi problem di cabang olahraga lainnya. Betapa banyak provinsi yang tidak memperhatikan pembinaan sepak bola.
Anda pun tidak pernah mendengar: di provinsi mana ada kegiatan sepak bola apa. Mereka tetap punya hak suara yang sama dengan provinsi yang gila sepak bola.
Sedang pemilik klub, manusia yang paling gila sepak bola, juga hanya punya satu suara. Gila dan tidak gila punya hak suara yang sama. Banyak yang akhirnya menyesal gila.
Benar. Terlalu banyak suara yang dipegang oleh mereka yang kurang peduli pada sepak bola.
Mereka inilah sumber pendulangan suara dalam kongres. Dengan cara apa pun.
Harusnya prinsip meritokrasi juga berlaku di sepak bola. Siapa yang punya kontribusi terbesar mempunyai hak suara yang lebih besar.
Hak suara provinsi tidak perlu dihapus, tetapi tidak boleh dominan. Terutama provinsi yang tidak serius mengurus sepak bola.
Presiden SBY pernah gemas melihat PSSI. Lalu mencoba turun tangan. Gagal. Jokowi juga gemas, tetapi berhasil mengintervensi. Ada Erick Thohir.
- Isyarat Exco PSSI Terkait Masa Depan Shin Tae Yong di Timnas Indonesia
- Soal Nasib Shin Tae Yong, PSSI Bilang Begini
- Zalnando Tak Bisa Main saat Persib Jumpa Bali United, tetapi Bojan Hodak Punya Kabar Baik
- Bursa Transfer Liga 1: Persebaya Datangkan 2 Menara Asing
- Bursa Transfer Liga 1: Semen Padang Merekrut 3 Pemain Asing
- Profil Mitchel Bakker, Pemain Atalanta yang Digosipkan Didekati PSSI