Barang Titipan
Oleh: Dahlan Iskan
Yang sangat penting: ada colokan listrik. Tidak takut kehabisan baterai. Komunikasi bisa terjaga. Pun bisa menulis untuk Disway. Nikmat mana lagi yang masih harus didustakan.
Yang saya tidak bisa berdusta: saya diliputi kekhawatiran. Bahasa Arab saya juga parah untuk daerah di begini pelosok. Kalau saya berbahasa Inggris hanya dijawab gelengan kepala.
Saya harus segera keluar dari jebakan ini. Tetapi bagaimana caranya. Lebih khawatir lagi, saya belum menulis naskah untuk Disway. Belum juga memilih komentar pilihan.
Lalu saya ingat uang di dompet. Tenang lagi.
Matahari kian tegak di atas ubun. Terik. Silau. Tetapi tidak panas. Angin kencang mengembuskan udara sejuk. Sesekali raja udara itu juga membadaikan debu berpasir.
Saya pilih menulis dulu. Soal yang paling gampang: datangnya juru selamat Adani. Lalu memilih komentar. Mungkin komentar yang masuk terlalu sore tidak sempat terpilih.
Setelah semua itu selesai saya baru bisa berpikir tenang: harus ke mana dan naik apa.
Saya lihat ada bus besar Saptco datang dan berhenti di sebelah burger. Juru selamat pun datang. Saya ingin menyelesaikan pemilihan komentar dulu baru ke sana.