Barasuara Berserah Diri Lewat Album Jalaran Sadrah

Barasuara Berserah Diri Lewat Album Jalaran Sadrah
Barasuara. Foto: Dok. Hu Shah Records

Dari sana, berlanjutlah proses penulisan lagu serta bongkar pasang aransemen dan rekaman yang berlangsung secara berkala hingga awal 2024 di berbagai studio di Jakarta, termasuk di kantor Barasuara serta kediaman Iga, Marco, Gerald dan TJ.

Lirik dalam Jalaran Sadrah mayoritas masih ditulis oleh Iga Massardi yang tampak jelas terdampak oleh berbagai hal kelam yang terjadi belakangan ini.

Beberapa di antaranya seperti, Fatalis yang mengecam disinformasi yang merebak kala korban berjatuhan di masa pandemi, serta Habis Terang yang menanggapi pembunuhan massal yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

"Lagu di album ini banyak menceritakan tentang kematian dalam persepsi yang beragam. Ada yang merayakan, ada yang sinis, ada yang apatis, ada yang kontemplatif. Lalu ada juga lagu yang menceritakan tentang kepulangan rasa terhadap cinta yang sejati. Secara garis besar, banyak tema yang berkaitan tentang proses hidup, lahir dan menjalankannya," jelas Iga Massardi.

Personel Barasuara mengeklaim Jalaran Sadrah menjadi album paling eklektik sejauh ini dengan berbagai hal yang baru yang turut memberi warna.

Di antara hal-hal baru tersebut adalah terlibatnya dua musisi legendaris, yakni Erwin Gutawa yang merangkai aransemen orkestra untuk Merayakan Fana, Terbuang dalam Waktu dan Hitam dan Biru yang dieksekusi oleh Czech Symphony Orchestra, serta Sujiwo Tejo yang menyumbang nyanyi syahdu berbahasa Jawa dalam lagu Biyang.

Variasi penciptaan lagu pun menjadi hal baru bagi Barasuara, sekaligus menunjukkan rasa saling percaya yang sudah terbangun selama satu dekade lebih.

"Ini album yang paling kolektif pengerjaannya, karena kami sudah sama-sama saling percaya dan tahu warna masingmasing,” ucap Gerald Situmorang.

Band rock asal Jakarta, Barasuara akhirnya merilis album terbaru yang berjudul Jalaran Sadrah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News