Barat Tingkatkan Tekanan, Saudi Pertimbangkan Buang Dolar dan Rangkul Yuan

Namun, diplomat lainnya dan para pakar memandang langkah tersebut akan merugikan Kerajaan Saudi sendiri.
Terutama jika Saudi sampai mematok harga minyaknya dalam yuan. "Ini akan menjadi sembrono, mengingat harga minyak global dalam dolar dan mata uang yang dipatok, belum lagi jumlah utang Saudi yang dihargai dalam dolar, aset cadangannya dalam dolar dan kepemilikan mereka atas ekuitas AS," kata Karen Young, seorang sarjana residen di Institut Perusahaan Amerika.
"Mungkin ada beberapa kontrak dalam yuan antara Arab Saudi dan China, tetapi tidak ada reorientasi kebijakan moneter Saudi," katanya.
Bank sentral Saudi memiliki aset senilai USD 492,8 miliar pada akhir Januari, USD 119 miliar di antaranya dalam bentuk Treasury AS (obligasi).
Pemerintah memiliki utang mata uang asing, yang mayoritas dalam bentuk dolar AS, sebesar USD 101,1 miliar pada akhir tahun 2021.
Dana kekayaan negara Saudi memegang USD 56 miliar dalam ekuitas AS.
Monica Malik, kepala ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank, mengatakan Arab Saudi dapat secara perlahan mengalihkan sebagian penjualan ke yuan.
"Pergeseran bertahap akan berdampak terbatas," katanya. (dil/jpnn)
Amerika Serikat dan Inggris meningkatkan tekanan pada Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak dan bergabung dengan upaya untuk mengisolasi ekonomi Rusia
Redaktur & Reporter : Adil
- 6 Korban Tewas Kecelakaan Bus Umrah Bakal Dimakamkan di Saudi
- 4 Warga Semarang Meninggal dalam Kecelakaan Bus Jemaah Umrah
- Bus Rombongan Umrah Kecelakaan di Saudi, 6 WNI Wafat
- Kapolda Metro Abaikan Laporan Perusahaan Saudi soal RJ WN India di Kasus Penggelapan
- Polisi Dinilai Selewengkan Restorative Justice di Kasus WN India Vs Perusahaan Saudi
- BPKH Limited Perkenalkan Bumbu Khas Indonesia untuk Katering Jemaah Haji di Arab Saudi